"Mari
mewaspadai pemalsuan kitab oleh sekte Wahabi. Gerakan mereka semakin
meresahkan. Kitab-kitab untuk kalangan pesantren pun telah dipalsukan.
Dengan ditambahi atau dikurangi isinya agar sesuai dengan ideologi
Wahabi."

Menurutnya, sudah banyak ditemukan pemalsuan kitab karangan ulama sunni oleh penerbit buku di Libanon maupun Arab Saudi. Bahkan indikasi kuat aksi jahat itu disponsori pemerintah suatu negara.
Kepada NU Online di Semarang, pengasuh pesantren Al-Musthofa Lodan Wetan Sarang Rembang, ini menjelaskan, pemalsuan kitab itu juga dilakukan dengan membuat nama penerbit yang mirip. Seperti Darul Kutub Al-Ilmiyah untuk mengecoh masyarakat muslim atas nama penerbit asli Darul Fikr Libanon.
"Mari mewaspadai pemalsuan kitab oleh sekte Wahabi. Gerakan mereka semakin meresahkan. Kitab-kitab untuk kalangan pesantren pun telah dipalsukan. Dengan ditambahi atau dikurangi isinya agar sesuai dengan ideologi Wahabi." jelasnya.
Pihaknya bersama para kiai NU pernah meneliti kitab-kitab yang beredar di Arab Saudi maupun di Jakarta. Ternyata, sebagian kitab yang populer di kalangan pesantren telah diubah isinya. Dipalsukan pula pengarangnya.
"Kita tentu masih ingat pemalsuan kitab Sirojut Tholibin karangan Kiai Ihsan Jampes Kediri. Kitabnya dipalsukan, nama beliau dihapus, diganti Syekh Ahmad Zaini Dahlan. Lalu kitab hadis Al-Adzkar dihapus isinya tentang tawashul (doa dengan perantara) dibuang agar sesuai dengan ideologi wahabi." terangnya.
Kiai A'wani meminta jam'iyyah NU serius menyikapi ini. Jika perlu membuat semacam petisi seperti pada peristiwa latar belakang pendirian NU. Yaitu komite Hijaz yang dibentuk KH Hasyim Asy'ari dengan misi menentang penghancuran makam-makam keluarga Nabi dan para sahabat kala Ibnu Saud hendak mendirikan Kerajaan Arab Saudi lewat pemberontakan terhadap Khalifah Turki Usmani.
- http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_list/1/Warta.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar