Pencarian Isi Blogg Ini

Rabu, 06 Februari 2013

Syi’ah merupakan mazhab YANG BERPEGANG KEPADA AHLU BAIT dan SEBAGIAN SAHABAT !

oleh : Ustad Husain Ardilla
Tidak ada dikotomi  antara syi’ah dengan sebagian sahabat
ingatlah kepada kisah Harits di dalam perang Jamal.
Haris kebingungan, karena dua pihak yang hendak berperang itu adalah sama-sama orang yang dicintai nabi.
Harits tampak bingung dan bersedih, ia berkata, “Wahai Amirul mukminin, saya jadi bingung, di satu sisi ada Anda, menantu Rasulullah,  Sahabat Rasulullah, sepupu Nabi saw, sedangkan di pihak lain ada Aisyah, Ummul Mukimin, Istri Nabi, Putri Abu Bakar, siapa yang benar dan siapa yang harus saya bela?”
Ali berkata, “Wahai Harits, cara berpikir mu itu terbalik! kebenaran tidaklah dapat dilihat dari siapa orangnya.”

bila wahabi mau menghimpun bersama 100 orang syiah saja, lalu saya tanya satu persatu, apakah ada di antara mereka yang menjadi syiah karena keturunan atau sejak mereka kecil? maka jawabannya tidak ada. karena ketika kami berhimpun, masing-masing seringkali menceritakan masa lalunya, di madzab mana dahulu mereka berada dan sebagai apa. semuanya berasal dari mazhab non syiah. ada para mantan dedengkot NII, ada dari Persis, Muhammadiyah, NU, LDII, dari kelompok tarekat-tarekat, dan ada juga yang berasal dari kelompok salafi. Demikian pula ketika saya berhimpun dengan sekelompok syiah lainnya, tidak dapat saya temukan satupun yang bukan mantan sunni. dari sini dapat dipertimbangkan bahwa mayoritas syiah di Indonesia adalah mantan sunni.
diantara seribu umat, ada satu umat dari keturunan habib. terkadang habib ini juga mantan sunni. tapi kebanyakan habib memang syiah sejak kecil. tapi jumala habib dengan jumlah umat itu 1 : 1000. jadi, boleh dikatakan umat syiah yang bukan mantan sunni, hanya 1 di antara 1000 orang syiah.
kaum wahabi kerap menyebarkan brosur yang memprovokasi masyarakat agar membenci dan menolak syiah di Indonesia
Dimanakah letak perbedaan dua mazhab besar Islam, Sunni dan Syiah?. Ternyata, menurut Ketua Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) Jalaluddin Rahmat, terletak dasar hadits yang digunakan kedua aliran besar tersebut.
daan keduanya hanya terletak pada hadits. Jika hadits Sunni paling besar berasal dari sahabat nabi seperti Abu Hurairoh, maka hadtis Syiah berasal dari Ahlul Bait (Keluarga Nabi Muhammad SAW). “
Perbedaan Sunni dan Syiah hanya soal jalur hadis semata. Kaum Muslim Syiah (Mazhab Ahlulbait) meyakini hanya sunnah dan hadis Nabi yang berasal dari keluarga Nabi dan sahabat tepercaya yang layak dijadikan pedoman.
Mazhab Ahlulbait selektif dalam menerima dan meriwayatkan hadis. Tidak semua sahabat Nabi dianggap saleh dan adil. Karena itu, riwayat-riwayatnya tidak sembarang diterima.
Meski memang tidak dipungkiri dalam sejumlah kitab hadis masih ada yang harus dikaji secara kritis. Saya meyakini bahwa sesudah wafat nabi, ada banyak hadits palsu yang disandarkan oleh nabi oleh perawi sunni

Berikut saya sampaikan bahan bagi kaum ahlul hadits baik dari Suni maupun Syii yang masih malu-malu untuk mendiskusikannya.
Setidaknya ada 2 versi hadits yang relevan dengan judul yang diangkat:
1. Pedomanilah Rasulullah dan Sahabat
dalil-dalil ahlusunnah yang kontra terhadap hadits tsaqalain itu secara makna, tidak lebih kuat dari dalil yang tsaqalain yang diyakini oleh kaum syiah. Oleh karena itu, jika standar keabsahan hadits itu mengikuti cara berpikir ahlu sunnah, maka seharusnya imamah itu diyakini oleh ahlusunnah berdasarkan hadits tsaqalain itu.
orang berkata, “jika Abu Bakar salah di mata Ali, mengapa Ali menjadi pengecut dengan tidak memerangi Abu Bakar?”
Abu Bakar itu muslim. dan menumpahkan darah sesama muslim itu haram hukumnya, kecuali karena membela diri, bukan agresi. Dengan naiknya Abu Bakar menjadi khalifah dan keengganannya untuk memberikan tanah fadak kepada fatimah, bukan alasan yang tepat untuk Ali memerangi Abu Bakar sehingga terjadi pertumpahan darah. tetapi, anda dan orang-orang yang sefaham dengan anda menganggap sikap itu sebagai bentuk kepengecutan.
Ali a.s memang memililki kekuatan yang besar, tapi untuk memerangi suatu kelompok atau suatu pihak, tidak cukup dengan memiliki kekuatan besar itu, tapi juga harus mendahulukan KEBERLANGSUNGAN AGAMA ISLAM. Kaum muslimin pada masa Abubkar menolak memerangi kaum murtadin jika Ali tidak mau membai’at Abubakar !
Ali a.s mengetahui siapa orang yang hendak membunuhnya, dan kapan orang itu akan membunuhnya  karena Nabi telah memberi tau kepada Ali jauh-jauh hari, kapan dan siapa orang yang akan membunuh ali.  itu adalah keyakinan kaum syiah. Orang non syiah berkata, “Kalau begitu, kenapa Ali tidak menangkap calon pembunuhnya sebelum pembunuh itu membunuh dirinya, kenapa Ali tidak membunuh Muawiyah ketika Nabi wafat ??”
untuk menangkap seorang pembunuh, tentu diperlukan hujjah. sedangkan seseorang tidak dapat dihukum atau diqisas hanya karena ia memiliki niat membunuh.
ketika Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah, muawiyahpun naik menjadi khalifah tandingan. dan keluarga rasulullah mendapat tekanan yang lebih besar dari masa khalifah utsman. Sehingga mimbar-mimbar jumat, tidak kurang dari 6.000 mimbar jumat di gunakan untuk mencaci maki Ali bin abi thalib atas perintah Muawiyah. Ali sudah dianggap kafir ole sebagai orang yang terkena provokasi. kebenaran tertutup dari mata umat, sehingga ada seorang arab yang mendengar bahwa syahidnya Ali adala ketika ia sedang melaksanakan shalat, si Arab ini terkejut dan berkata, “Shalat? apa dia shalat? aku mengira dia tidak perna shalat?”
selepas syahidnya Ali, Muawiyah mengundang para ulama dan ahli hadits, serta mengundang Hasan a.s untuk diperolok-olok dimajelisnya.
Husain putra Ali bin Abi Thalib di kepung di Karbala, yang mengepung itu adalah kaum muslimin. mereka mengepung Husain seperti mengepung orang kafir. sehingga imam Husain, mengangkat bayinya yang menangis kehausan, “WAhai kalian semua! seandainya kalian menganggap aku kafir, maka lihatlah bayi ini? berikanlah air kepadanya, karena ia tidak berdosa!”
tapi seruan Husain a.s dijawab dengan anak panah yang menembus leher Ali Ashgar, bayi tak berdosa itu. meminta seteguh air saja, bagi seorang bayi yang tak berdosa, dijawab dengan kebengisan, maka bagaimana menyodorkan al Quran yang tdak sesuai dengan keyakinan mereka?
persatuan merupakan salah satu pokok ajaran agama mereka. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Berpegang-teguhlah kalian dengan tali Allah, dan janganlah kalian berpecah-belah.” (QS. Ali Imran: 103)
Apa Sebab Perpecahan?
sebab utama perpecahan adalah sikap sektarian dan suka bergolong-golongan pada diri sebagian kaum muslimin terhadap suatu kelompok tertentu, jama’ah tertentu, atau sosok tertentu selain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya yang mulia.”
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi bergolong-golongan. Maka engkau -wahai Muhammad- tidak ikut bertanggung jawab atas mereka sedikitpun.” (QS. al-An’am: 159).
“Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa agama memerintahkan untuk bersatu dan bersepakat, dan agama ini melarang tindak perpecah-belahan dan persengketaan bagi segenap pemeluk agama (Islam), dalam seluruh persoalan agama; yang pokok maupun yang cabang…”
Seorang muslim -apalagi penuntut ilmu dan da’i- semestinya memperhitungkan dampak dari pendapat atau ucapan yang dilontarkannya di hadapan manusia, apakah hal itu menimbulkan kekacauan di tengah-tengah mereka ataukah tidak.
Sebuah pelajaran berharga, bahwa perpecahan tidak akan teratasi dengan perpecahan pula. Perpecahan hanya bisa diatasi dengan persatuan yang sejati.
Barangsiapa mengira bahwa perpecahan bisa diatasi dengan sikap ta’ashub kepada sosok tertentu selain Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sungguh dia telah keliru!
Islam yang asli pada zaman Umayyah Abbasiyah telah dirusak, Syi’ah yang memurnikan islam justru dituduh sesat
“Nabi Muhammad saw menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai pemimpin setelahnya
Nabi Muhammad saw datang membawakan ajaran mulia, Islam.
Sepanjang dakwahnya ia selalu mengenalkan Ali bin Abi Thalib kepada umatnya, bahkan menyatakan bahwa ia adalah pemimipin setelahnya.
Rasulullah saw meninggal dunia. Namun semua orang sibuk di Saqifah membahas siapakah yang layak menjadi pengganti nabi.
Ali bin Abi Thalib dan keluarganya dikucilkan.
Imam demi Imam silih berganti, sampai imam terakhir, Al Mahdi ghaib.
Kini kita tidak bisa merasakan kehadiran pimpinan di tengah-tengah kita. Ikhtilaf, perpecahan, perbedaan pendapat, permusuhan antar umat Islam… semuanya berakar di sejarah yang terlupakan.
Satu-satunya masalah yang paling besar yang memecahkan umat Islam menjadi Syi’ah dan non Syi’ah adalah kekhilafahan. Syi’ah meyakini Ali bin Abi Thalib adalah khalifah pertama, lalu Hasan dan Husain putranya, lalu Ali Zainal Abidin, dan seterusnya.
2. Pedomanilah Kitabullah dan Ahlul bait
hadits tsaqalain yang berbunyi “Kitabullah wa Itrati”   memiliki hadits “tandingan”yakni pedomanilah Rasulullah dan para Sahabat. Lalu kepada hadits mana kita harus berpegang ?? dan mana yang palsu ??
Mungkin sebagian orang menjadi bingung dan menganggap ketiga hadits tersebut saling bertentangan, sehingga harus dipegang salah satunya, dan ditinggalkan yang lainnya. Untuk itu kemudian harus menguji satu persatu, mana hadits yang paling shahih. Tapi pekerjaan ini bukanlah pekerjaan mudah. Jika setiap orang ingin yakin sepenuhnya tentang mana yang paling shaheh, maka setiap orang harus melakukan pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh para ahli atau para peneliti hadits. Tidak akan selesai kita melakuan penelitian dalam waktu satu atau dua bulan saja, untuk satu hadits ini saja. Bayangkan, itu baru satu hadits. Padahal kita dihadapkan pada banyak hadits, ratusan bahkan ribuan hadits yang dianggap memiliki pertentangan. Berapa banyak umur yang akan kita habiskan untuk meneliti keshahehan hadits-hadits ini satu persatunya? Itu karena orang awam, seolah-olah ingin mengambil alih pekerjaan yang seharusnya hanya dilakukan oleh para ahli.
Di tangan saya terdapat sebuah buku yang berjudul “Dua Pusaka Nabi” yang isinya mengupas tuntas kajian matan dan sanad hadits tsaqalain “Kitab dan Itrah”, berikut matan dan sanad hadits yang dianggap berlawanan dengannya. Tebal buku tersebut adalah 684 halaman. Bayangkan, karena ingin meyakinkan keautentikan satu hadits saja, penulisnya harus menguraikan fakta-fakta yang panjang lebar, hingga mencapai 684 halaman. Coba renungkan, berapa juta lembar yang dibutuhkan untuk menguraikan fakta-fakta keautentikan seribu hadits? Akankah kita menghabiskan umur untuk menelaah seluruh kitab itu?
Dorongan untuk menelaah seluruh kajian sanad dari suatu hadits tersebut, terutama karena ada pihak lain yang meragukan keshahehannya, sementara pihak lainnya menyatakan dhaif, palsu atau memaknainya dengan makna yang jauh berbeda bahkan bertentangan, sehingga kita menjadi bimbang dan ingin memastikan keshahehannya, atau karena kita ingin membuktikan kepada mereka yang tidak percaya keshahehannya bahwa hadits tersebut memang shaheh.

Adapun Kitabullah dan Sunnah ?
“sunnah” yang di bawa sama “itrah” itu yang paling benar memadukannya,
‘itrah’ yang mana? tentu itrah yg dimaksud oleh Nabi saw,
itrah itu pengertiannya bisa ahlil bait artinya dari nasab keturunan
Keharusan berpegang dan mengikuti Kitabullah dan sunnah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bukanlah hanya berdasarkan hadits2, akan tetapi berdasarkan firman Allah langsung di dalam Al-Quran.
Diantaranya Allah berfirman :”Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.”(Q.S Al-Ahzab ayat 36)
Allah juga berfirman :”Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”(Q.S An-Nisa ayat 59)
inilah hadits nama-nama dua belas imam suci yang disebutkan oleh Rasulullah saw :
Dari Jabir Yazid al Ju`fy, ia berkata, “Jabir bin Abdillah Anshari berkata : ` Ketika Allah menurunkan menurunkan ayat :
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu (Q.S 4: 59)”
Aku berkata, “Wahai Rasulullah! Kami telah kenal Allah dan RasulNya.  Akan tetapi siapakah Ulil Amr yang ketaatan kepadanya dihubugkan dengan ketaatan (kepada) Anda?
Beliau menjawab ,” Hai Jabir! Mereka adalah para khalifah (penggantiku) dan pemimpin umat Islam setelahku. Yang pertama (1)Ali bin Abi Thalib, kemudian (2)Hasan dan (3)Husain, kemudian (4)Ali bin Husain, kemudian (5)Muhammad bin Ali, yang dalam Taurat dikenal dengan al Baqir dan kamu, hai Jabir, akan menemuinya. Jika kamu menjumpainya, sampaikan salamku atasnya! Kemudian (6)ash Shidiq Ja`far bin Muhammad, kemudian (7)Musa bin Ja`far, Kemudian (8)Ali bin Musa, kemudian (9)Muhammad bin Ali, kemudian (10)Ali bin Muhammad, kemudian (11)Hasan bin Ali, kemudian yang kauniyahnya sama denganku, ia adalah al Hujjah (bukti) Allah di bumi Nya, peninggalan Nya di kalangan (di antara) hamba-hamba Nya, ia adalah (12) Putra Hasan bin Ali, Allah akan menaklukan Timur dan Barat melalui tangannya, ia menghilang dari syiah dan orang-orang yang mencintainya, sehingga tidak akan meyakini imamahnya dengan teguh kecuali orang yang hatinya telah diuji oleh Allah (dan berhasil dengan) keimanan.
Jabir berkata, `Aku berkata : “Wahai Rasulullah, apakah pengikut-pengikut (syiah)-nya dapat mengambil manfaat darinya pada masa ghaibnya?
Beliau menjawab “ Demi Dzat yang membangkitkanku (mengutusku) dengan kenabian, mereka akan bersinar dengan sinar cahayanya dan mengambil manfaat dengan wilayahnya pada masa ghaibnya, sehingga manusia menarik manfaat dari matahari ketika ditutupi awan tebal.” [41]
Selain riwayat-riwayat yang telah kami sebutkan di atas, masih banyak riwyat lain yang senada dan memuat kandungan serupa. Jumlah hadis tersebut mencapai ratusan, oleh sebab itu tidak mungkin kami sebut semuanya dalam buku ini, bagi yang berminat dapat merujuknya langsung ke buku yang secara khusus membahas masalah-masalah tersebut, seperti : Muntakab al Atsar, karya Luftullah as Shafi al Guybaygani, al Mahdi karya as Sayyid Shadruddin ash Shadr, dan al Imam al Mahdi karya Muhammad Ali Dukhayyil.
[41] Ikmaluddin, I/365, Ilzam An Nashib, 55; Yanabi al Mawaddah, 465
Sumber : Ali Umar Al-Habsyi, Dua Pusaka Nabi, Hal. 319-320
Imam Khomeini
hadith ” Tsaqalain” yang diriwayatkan dalam kitab-kitab hadith ahli Sunnah
Diantara hadithnya:
.
Al-Imam Abul Hussain Muslim bin Hajaj An-Naisaburi ( wafat 262 H) meriwayatkan dalam Shahihnya dengan sanadnya
(2408) حدثني زهير بن حرب، وشجاع بن مخلد، جميعا عن ابن علية، قال زهير: حدثنا إسماعيل بن إبراهيم، حدثني أبو حيان، حدثني يزيد بن حيان، قال: انطلقت أنا وحصين بن سبرة، وعمر بن مسلم، إلى زيد بن أرقم، فلما جلسنا إليه قال له حصين: لقد لقيت يا زيد خيرا كثيرا، رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم، وسمعت حديثه، وغزوت معه، وصليت خلفه لقد لقيت، يا زيد خيرا كثيرا، حدثنا يا زيد ما سمعت من رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: يا ابن أخي والله لقد كبرت سني، وقدم عهدي، ونسيت بعض الذي كنت أعي من رسول الله صلى الله عليه وسلم، فما حدثتكم فاقبلوا، وما لا، فلا تكلفونيه، ثم قال: قام رسول الله صلى الله عليه وسلم يوما فينا خطيبا، بماء يدعى خما بين مكة والمدينة فحمد الله وأثنى عليه، ووعظ وذكر، ثم قال: ” أما بعد، ألا أيها الناس فإنما أنا بشر يوشك أن يأتي رسول ربي فأجيب، وأنا تارك فيكم ثقلين: أولهما كتاب الله فيه الهدى والنور فخذوا بكتاب الله، واستمسكوا به ” فحث على كتاب الله ورغب فيه، ثم قال: «وأهل بيتي أذكركم الله في أهل بيتي، أذكركم الله في أهل بيتي، أذكركم الله في أهل بيتي» فقال له حصين: ومن أهل بيته؟ يا زيد أليس نساؤه من أهل بيته؟ قال: نساؤه من أهل بيته، ولكن أهل بيته من حرم الصدقة بعده، قال: ومن هم؟ قال: هم آل علي وآل عقيل، وآل جعفر، وآل عباس قال: كل هؤلاء حرم الصدقة؟ قال: نعم
.
Telah meriwayatkan kpd kami Zuhair bin Harb,dan Syuja`bin Makhlad kesemuanya daripada Ibnu `Aliyah,kata Zuhair: telah meriwayatkan kepada kami Ismai`l bin Ibrahim,telah meriwayatkan kepada kami Abuu Hayyan,meriwayatkan kepada kami Yazid bin Hayyan,katanya: Aku telah bertolak bersama-sama Hushoin bin Sabrah,dan `Umar bin Muslim menemui Zaid bin Arqam,apabila kami duduk bermajlis bersamanya Hushoin berkata kepadanya: ” Sesungguhnya engkau wahai Zaid telah mendapat kebaikan yang sangat banyak,engkau pernah melihat Rasulullah sallallahu`alaihiwasallam,dan engkau telah mendengar haditnya,dan engkau telah ikut berperang bersamanya,dan engkau pernah solat di belakangnya dan sungguh enkau telah bertemunya, wahai Zaid kebaikan yang banyak, khabarkanlah kepada kami wahai Zaid apa yang telah engkau dengar daripada Rasulullah sallallahu`alaihiwasallam,jawabnya: ” Wahai anak saudaraku,demi Allah umurku telah tua,aku dah lama hidup,dan aku telah lupa sebahagian hadith yang aku telah hafal daripada Rasulullah sallallahu`alahiwasallam ,maka apa yang aku khabarkan kepada kamu maka terimalah,jika tidak aku ingat maka jangan kamu memberat-beratkan aku,kemudian beliau berkata: ” Suatu hari Rasulullah sallallahu`alaihiwasallam bangun beridiri berkhutbah kepada kami disisi anak sungai yang bernama Khum yang terletak di antara Makkah dan Madinah lalu beliau memuji Allah dan memberi nasihat serta peringatan kemudian beliau bersabda: ” Amma Ba`d, ketahuilah wahai manusia,maka sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia hampir-hampir utusan tuhanku( malaikat maut) mendatangiku dan aku dimatikan,dan aku meninggalkan kepada kamu tsaqalain( dua perkara yang berat): yang pertamanya ialah Kitab Allah,padanya terdapat petunjuk dan cahaya maka berpeganglah dengan Kitab Allah,dan berpegang teguhlah dengannya”,kemudian beliau menggalakkan agar melazimi kitab Allah dan memberi motivasi agar berpegang dengannya, kemudian beliau bersabda: “Ahli Baitku, Aku mengingatkan kamu dengan Allah agar menjaga hak-hak ahli baitku,aku mengingatkan kamu dengan Allah terhadap ahli baitku,aku mengingatkan kamu dengan Allah terhadap ahli baitku..” Kata Hushoin kepadanya: ” Dan siapakah ahli baitnya?,bukankah isteri-isterinya termasuk ahli baitnya?, jawab Zaid: ” isteri-isterinya adalah ahli baitnya,akan tetapi ahli baitnya adalah sesiapa yang diharamkan sadaqah(zakat) selepas kewafatannya” dia bertanya lagi: ” Siapa mereka?” Jawab Zaid: ” Mereka ialah aali( Keluarga) `Ali,keluarga `Aqil,keluarga Ja`afar dan keluarga `Abbas”. Dia bertanya lagi: ” Kesemua mereka itu diharamkan sadaqah(zakat)? ” Jawab Zaid: ” Y
.[ HR Muslim no:2408, Kitab Fadhail As-Sohabah Radiallahu`anhum, Bab Fadhail `Ali bin Abi Talib Radiallahu`anhu ]
.
Hadith berkenaan Tsaqalain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim adalah Hadith yang paling shahih dalam bab ini,dan merupakan umdah(asas) pada masalah ini.Adapun hadith-hadith lain yang shahih diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan selainya seperti diriwayatkan beliau dengan sanadnya
3788 - حدثنا علي بن المنذر الكوفي قال: حدثنا محمد بن فضيل قال: حدثنا الأعمش، عن عطية، عن أبي سعيد، والأعمش، عن حبيب بن أبي ثابت، عن زيد بن أرقم قالا: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ” إني تارك فيكم ما إن تمسكتم به لن تضلوا بعدي أحدهما أعظم من الآخر: كتاب الله حبل ممدود من السماء إلى الأرض. وعترتي أهل بيتي، ولن يتفرقا حتى يردا علي الحوض فانظروا كيف تخلفوني فيهما «هذا حديث حسن غريب»
.
Telah meriwayatkan kepada kami `Ali bin Munzir Al-Kufi katanya: Telah meriwayatkan kepada kami Muhammad bin Fudhail katanya: Telah meriwayatkan kepada kami `Al-`Amasy,daripada `Atiyah,daripada Abi Sa`id dan Al`Amasy daripada Habib bin Abi Thabit,daripada Zaid bin Arqam katanya: Rasulullah sallalahu`alaihiwasallam bersabda: ” Sesungguhnya aku telah meninggalkan kepada kamu apa yang jika kamu berpegang teguh dengannya maka kamu tidak akan sesat selepasku, salah satunya sangat agung daripada yang lain: Kitab Allah tali yang dihulurkan daripada langit ke bumi,dan ahli `itrah ahli baitku,dan tidak akan berpisah antara keduanya sehinggalah disampaikan keduanya kepadaku al-haudh(telaga) maka lihatlah kamu semua bagaiman kamu menggantikan aku dalam menjaga hak-hak keduanya
.
[ HR Tirmidzi no:3786,3788, Bab Manaqib Ahli Baitin Nabi sallallahu`alaihiwasallam dan At-Tirmidzi menyebutkan hadith ini hasan gharib,dan Syeikh Al-Albani mensahihkannya
serban
Selain itu perlu difahami bahwa bagi kaum syiah, menggunakan redaksi bihi maupun bihima, tidaklah menyalahi makna bahwa maksudnya adalah “Quran dan ahli bait nabi”. Kenapa? Karena Quran dan Ahli Bait nabi dianggap sebagai satu. Sebagaimana Muhammad saw dan al-Quran dianggap sebagai suatu kesatuan. Oleh karena itu, baik Muhammad saw dan Ali disebut sebagai al-Quran Natiq, yakni al-Quran yang berbicara.
Kitabullah dan Ahlul  bait:
Muslim 4425.
Telah menceritakan kepadaku [Zuhair bin Harb] dan [Syuja' bin Makhlad] seluruhnya dari [Ibnu 'Ulayyah], [Zuhair] berkata; Telah menceritakan kepada kami [Isma'il bin Ibrahim]; Telah menceritakan kepadaku [Abu Hayyan]; Telah menceritakan kepadaku [Yazid bin Hayyan] dia berkata; “Pada suatu hari saya pergi ke [Zaid bin Arqam] bersama Husain bin Sabrah dan Umar bin Muslim. Setelah kami duduk, Husain berkata kepada Zaid bin Arqam. Hai Zaid, kamu telah memperoleh kebaikan yang banyak. Kamu pernah melihat Rasulullah. Kamu pernah mendengar sabda beliau. Kamu pernah bertempur menyertai beliau. Dan kamu pun pernah shalat jama’ah bersama beliau. Sungguh kamu telah memperoleh kebaikan yang banyak. OIeh karena itu hai Zaid. sampaikanlah kepada kami apa yang pernah kamu dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam!
.
Zaid bin Arqam berkata; Hai kemenakanku, demi Allah sesungguhnya aku ini sudah tua dan ajalku sudah semakin dekat. Aku sudah lupa sebagian dari apa yang pernah aku dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Oleh karena itu, apa yang bisa aku sampaikan, maka terimalah dan apa yang tidak bisa aku sampaikan. maka janganlah kamu memaksaku untuk menyampaikannya.” Kemudian Zaid bin Arqam meneruskan perkataannya.
.
Pada suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri dan berpidato di suatu tempat air yang di sebut Khumm, yang terletak antara Makkah dan Madinah. Beliau memuji Allah, kemudian menyampaikan nasihat dan peringatan serta berkata; Ketahuilah hai saudara-saudara, bahwasanya aku adalah manusia biasa seperti kalian. Sebentar lagi utusan Tuhanku, malaikat pencabut nyawa, akan datang kepadaku dan aku pun siap menyambutnya.
.
Sesungguhnya aku akan meninggalkan dua hal yang berat kepada kalian, yaitu: Pertama, Kitabullah yang berisi petunjuk dan cahaya. Oleh karena itu, laksanakanlah isi Kitabullah dan peganglah. Sepertinya Rasulullah sangat mendorong dan menghimbau pengamalan Kitabullah. Kedua, keluargaku. Aku ingatkan kepada kalian semua agar berpedoman kepada hukum Allah dalam memperlakukan keluargaku.” (Beliau ucapkan sebanyak tiga kali). Husain bertanya kepada Zaid bin Arqarn; “Hai Zaid, sebenarnya siapakah ahlul bait (keluarga) Rasulullah itu? Bukankah istri-istri beliau itu adalah ahlul bait (keluarga) nya?” Zaid bin Arqam berkata; “Istri-istri beliau adalah ahlul baitnya. tapi ahlul bait beliau yang dimaksud adalah orang yang diharamkan untuk menerima zakat sepeninggalan beliau.” Husain bertanya; “Siapakah mereka itu?” Zaid bin Arqam menjawab; “Mereka adalah keluarga Ali, keluarga Aqil, keluarga Ja’far, dan keluarga Abbas.” Husain bertanya; “Apakah mereka semua diharamkan untuk menerima zakat?” Zaid bin Arqam menjawab.”Ya.”
dst
.
Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Bakkar bin Ar Rayyan]; Telah menceritakan kepada kami [Hassan] yaitu Ibnu Ibrahim dari [Sa'id] yaitu Ibnu Masruq dari [Yazid bin Hayyan] dari [Zaid bin Arqam] dia berkata; Kami menemui Zaid bin Arqam, lalu kami katakan kepadanya; ‘Sungguh kamu telah memiliki banyak kebaikan. Kamu telah bertemu dengan Rasulullah, shalat di belakang beliau…dan seterusnya sebagaimana Hadits Abu Hayyan. Hanya saja dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Ketahuilah sesungguhnya aku telah meninggalkan untuk kalian dua perkara yang sangat besar. Salah satunya adalah Al-Qur’an, barang siapa yang mengikuti petunjuknya maka dia akan mendapat petunjuk. Dan barang siapa yang meninggalkannya maka dia akan tersesat.’ Juga di dalamnya disebutkan perkataan; Lalu kami bertanya; siapakah ahlu baitnya, bukankah istri-istri beliau? Dia menjawab; Bukan, demi Allah, sesungguhnya seorang istri bisa saja dia setiap saat bersama suaminya. Tapi kemudian bisa saja ditalaknya hingga akhirnya dia kembali kepada bapaknya dan kaumnya. Yang dimaksud dengan ahlu bait beliau adalah, keturunan beliau yang diharamkan bagi mereka untuk menerima zakat.’
.
 Sunan Darimi no. 3182.
Telah menceritakan kepada kami [Ja'far bin 'Aun] telah menceritakan kepada kami [Abu Hayyan] dari [Yazid bin Hayyan] dari [Zaid bin Arqam] ia berkata, “Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berdiri khutbah, beliau memuji Allah dan memuja-Nya kemudian bersabda: “Wahai manusia, aku hanyalah seorang manusia, hampir tiba masanya utusan Rabbku datang padaku hingga aku pun harus memenuhi- Nya. Dan sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian dua perkara yang berat. Pertama adalah Kitabullah yang mengandung di dalamnya petunjuk dan cahaya maka berpegang teguhlah dengan Kitabullah dan ambillah ia.” Maka beliau mendorong dan menganjurkan untuk berpegang teguh kepadanya. Kemudian beliau bersabda: ‘Aku ingatkan kalian akan Allah pada Ahlu baitku.’ Beliau mengatakan tiga kali.”
.
Tirmidzi no. 3718 dan 3719
Telah menceritakan kepada kami [Nahsr bin Abdurrahman Al Kuffi] telah menceritakan kepada kami [Zaid bin Al Hasan, dia adalah seorang dari Anmath] dari [Ja'far bin Muhammad] dari [ayahnya] dari [Jabir bin Abdullah] dia berkata; saya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hajinya ketika di ‘Arafah, sementara beliau berkhutbah di atas untanya -Al Qahwa`- dan saya mendengar beliau bersabda: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku telah meninggalkan di tengah-tengah kalian sesuatu yang jika kalian berpegang kepadanya, maka kalian tidak akan pernah sesat, yaitu; kitabullah dan sanak saudara ahli baitku.” Perawi (Abu Isa) berkata; “Dan dalam bab ini, ada juga riwayat dari Abu Dzar, Abu Sa’id, Zaid bin Arqam dan Hudzaifah bin Asid. ia berkata; “hadits ini derajatnya hasan gharib melalui jalur ini. Lalu ia melanjutkan; “Sa’id bin Sulaiman dan banyak dari kalangan ulama` yang telah meriwayatkan dari Zaid bin Hasan.”
.
Tirmidzi no. 3720.
Telah menceritakan kepada kami [Ali bin Al Mundzir Al Kufi] telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Fudhail] telah menceritakan kepada kami [Al A'masy] dari ['Athiyah] dari [Abu Sa'id Al A'masy] dari [Habib bin Abu Tsabit] dari [Zaid bin Arqam radliallahu 'anhuma] keduanya berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya aku telah meninggalkan untuk kalian sesuatu yang sekiranya kalian berpegang teguh kepadanya, niscaya kalian tidak akan tersesat sepeninggalku, salah satu dari keduanya itu lebih agung dari yang lain, yaitu; kitabullah adalah tali yang Allah bentangkan dari langit ke bumi, dan keturunanku dari ahli baitku, dan keduanya tidak akan berpisah hingga keduanya datang menemuiku di telaga, oleh karena itu perhatikanlah, apa yang kalian perbuat terhadap keduanya sesudahku.” Perawi (Abu Isa) berkata; “Hadits ini adalah hadits hasan gharib.”

Tidak ada komentar: