Pencarian Isi Blogg Ini

Pemuda Dalam Perspektif Rahbar (3)

Pemuda Dalam Perspektif Rahbar (3)
Kendala dan Tantangan Generasi Muda Individualisme
Jiwa pemuda selalu lebih memikirkan urusan pendidikan, pekerjaan dan masa depan pribadinya. Mereka mementingkan cara-cara untuk menunjang dan mencerahkan masa depannya, membina rumah tangga, melanjutkan pendidikan dan memenuhi antusiasme dan euforianya. Segala hal yang berkaitan dengan keinginan untuk mendapat keindahan hidup dan afeksi insani sangatlah kuat dalam diri pemuda. Semua ini adalah persoalan-persoalan pribadi pemuda. Hanya saja, tantangan yang harus dipedulikan oleh para pemuda tidak sesempit itu.
Problema Spiritual
Problema spiritual adalah salah satu tantangan para pemuda dan juga harus mendapat perhatian ekstra dari para penyusun program kepemudaan. Suasana spiritual-religius secara umum ada pada masa muda. Saat itu sudah ada kecenderungan hati nurani untuk dekat dengan Allah, dengan poros spiritualitas dan hakikat. Karena itu, majelis-majelis keagamaan yang bernas sering dihadiri oleh kalangan pemuda. Mereka berminat pada agama dan event-event keagamaan yang dapat membangkitkan religiusitas mereka. Sayangnya, kebanyakan agama di berbagai negara dunia justru kering dari religiusitas, spiritualitas dan hakikat sehingga tidak diminati oleh pemuda. Ibadah adalah proses penyucian batin dan jiwa manusia.
Ibadah adalah permata yang amat berharga bagi manusia. Orang yang enggan mendaratkan dahinya di pesujudan di depan Al-Haq tidak akan dapat merasakan kenikmatan spiritualitas. Ketentraman seseorang di depan Allah, rapatan dan munajatnya kepada Zat Yang Maha Kaya, permohonan pertolongannya kepada Allah supaya dapat menggapai apa yang dicita-citakannya, semua ini bisa dihasilkan dalam ibadah. Dan sebaik-baik ibadah adalah ibadah bersama dengan anak-anak muda. Ibadah pemuda lebih antusias, lebih bermakna, lebih memiliki spirit dan doanyapun lebih mustajab.
Kebutuhan Kepada Aktualisasi Jatidiri dan Potensi
Setiap orang di masa muda, terutama pada tahap awalnya, selalu memiliki kecenderungan dan keinginan yang khas karena beberapa faktor.
Pertama, saat itu remaja sedang mengalami masa transisi jatidiri dimana ia berharap jatidiri barunya akan mendapat pengakuan. Sayangnya, pengakuan ini sering tidak didapat dan orang tua seolah enggan mengakui identitas baru itu.
Kedua, remaja mengalami pertumbuhan fisik dan mental serta perpindahan ke suatu alam baru yang sering tidak terpantau atau sengaja tidak dihiraukan oleh orang tua dan masyarakat yang ada di sekitarnya sehingga pemuda merasa sendirian dan terasing.
Ketiga, para orang tua hendaknya mengingat masa muda mereka- di masa pubertas, baik pada tahap awal maupun sesudahnya, remaja banyak menghadapi persoalan-persoalan baru yang membutuhkan jawaban. Dalam pikirannya banyak terlintas pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan penjelasan. Sayangnya, dalam banyak hal remaja tidak menemukan penjelasan yang tepat waktu dan memuaskan sehingga terjebak pada lingkaran kosong dan ketidakpastian.

Keempat, remaja merasakan adanya akumulasi energi dalam dirinya. Ia mendeteksi adanya kemampuan fisik maupun mental yang besar dalam dirinya. Pada kenyataannya memang demikian dan ini dapat mencetak keajaiban. Naifnya, remaja sering merasakan akumulasi energi ini tidak tersalurkan dan termanfaatkan. Akibatnya, lagi-lagi mereka terlantarkan dan kesia-siaan.
Kelima, di masa pubertas, untuk pertama kalinya remaja berhadapan dengan dunia orang-orang dewasa yang tidak pernah ia alami sebelumnya, atau tidak tahu banyak tentang dunia ini sebelumnya. Banyak persoalan hidup yang dialaminya tanpa ia mengetahui apa yang harus ia lakukan, sehingga ia merasa memerlukan petunjuk dan bantuan pemikiran. Para orang tua yang umumnya sibuk pada pekerjaan sehari-harinya tidak dapat menjangkau hal ini. Mereka tidak dapat memberikan bantuan pemikiran. Parahnya, lembaga-lembaga yang membidangi hal inipun sering absen justru ketika keberadaannya sangat dibutuhkan. Akibatnya, remaja kembali merasa terlantar.
Pendekatan Argumentatif Bagi Pemuda
Tak sedikit pemuda yang tertarik untuk mendapat penjelasan-penjelasan keagamaan. Mereka berminat pada pencerahaan-pencerahan yang bersifat argumentatif. Mereka menuntut demikian dan ini sangat wajar. Agama bahkan juga mengajarkan demikian kepada umatnya. AlQuran mengajarkan kepada kita supaya paham-paham keagamaan dikedepankan dengan penalaran, pendalaman, pemikiran dan pencerahan. Jika ini dapat dilakukan oleh orang-orang yang bertanggung jawab di bidang ini maka mereka akan melihat betapa para pemuda akan menjadi sangat akrab dan terbiasa dengan kepatuhan kepada agamanya.
Dorongan Seksual
Dorongan seksual pada kalangan pemuda adalah satu problema tersendiri yang sebenarnya bisa dipecahkan dengan pernikahan secepatnya. Menyangkut pernikahan, jika masyarakat dapat menyudahi kebiasaan naifnya yang berlebihan dalam penyelenggaraan resepsi dan formalitas pesta pernikahan, niscaya para kawula muda bisa mengakhiri masa lajangnya jika ini memang mereka butuhkan. Masa muda justru merupakan saat yang tepat untuk membina rumah tangga. Sayangnya, sekarang yang ditiru malah budaya Barat yang membawa doktrin bahwa pernikahan harus ditunda. Islam tidak mengajarkan demikian. Islam justru mengajarkan bahwa semakin dekat masa pernikahan dengan masa awal pubertas remaja akan semakin baik.
Invasi Budaya
Invasi budaya asing melalui berbagai sarana dan teknologi sekarang sangat intensif dan serius. Terdapat ratusan media dan kanal informasi telah dibidikkan ke arah pikiran para pemuda dan remaja. Televisi, radio, komputer dan lain sebagainya menjadi senjata andalan untuk invasi ini. Paham-paham yang menggoda dan meragukan ditebar secara intensif. Ini mengingatkan orang kepada proses ketika orang-orang Eropa hendak merebut kembali kawasan Andalusia (Spanyol) dari tangan umat Islam. Mereka melakukannya dengan strategi jangka panjang. Saat itu kaum Zionis belum ada, tetapi sentra-sentra politik anti Islam sudah menjamur dan bergerak aktif. Mereka menerapkan strategi pencemaran mental para pemuda, dan dalam hal ini mereka memelihara misi keagamaan Nasrani sekaligus ambisi politik. Modus operasi mereka antara lain dengan menggratiskan minuman-minuman yang tersedia untuk para pemuda di kedai-kedai arak. Mereka juga diarahkan kepada pergaulan bebas muda mudi supaya terjebak dalam kubangan syahwat. Modus demikian untuk merusak suatu kaum ini ternyata tak lekang ditelan zaman. Modus ini masih berlangsung sampai sekarang.
Kemalasan
Salah satu musuh terburuk manusia yang ada dalam dirinya sendiri ialah kemalasan dan keengganan untuk berusaha keras. Musuh ini harus diperangi. Jika musuh dari dalam ini bisa diatasi maka musuh dari luar yang menyerang negara dan berniat merampas harta benda dan menghancurkan eksistensi bangsapun akan bisa atasi. Sebaliknya, orang yang sudah dikuasai oleh kemalasan diseru bagaimanapun dan di bidang apapun yang sudah menjadi tanggung jawabnya tetap tidak akan bersedia turun tangan. Dengan demikian, musuh pertama yang harus diperangi ialah kemalasan dan watak mencari kenyamanan. Orang yang menyerah kepada rasa malas dan enggan belajar, bekerja, beribadah dan menunaikan tanggung jawab dalam kehidupan rumah tangga dan masyarakatnya tidak bisa mengaku siap melawan dan mengatasi musuh dari luar yang mengancam dirinya.
Kecil Hati
Iran adalah negara yang berhasil meraih prestasi besar di berbagai bidang penting. Semua ini terjadi berkat gerakan dan spirit revolusi Islam. Revolusi Islam telah memberikan rasa percaya diri. Revolusi Islam telah menyuguhkan kelapangan dan optimisme bagi bangsa Iran untuk mengaktivasikan potensi dan kemampuannya. Berpikir negatif dengan mengatakan "ini mustahil, percuma dan sia-sia" adalah racun pembunuh. Racun ini dulu pernah ditebar pada habitat budaya bangsa Iran. Ada orang-orang yang secara blak-blakan mengatakan, "Kita tidak mungkin bisa."
Di masa muda kami dulu pernah popular pernyataan bahwa orang Iran bahkan tidak akan bisa meski hanya sekedar membuat kendil. Anggapan seperti ini diyakini bahkan oleh elit politik dan pengelola universitas kita. Banyak elit politik kita saat itu berlatar belakang akademik. Nama-nama mereka juga jelas. Tapi mereka mengatakan bangsa Iran tidak bisa berbuat apa-apa! Padahal sama sekali tidak demikian. Bangsa Iran mampu. Bangsa ini bahkan memiliki kemampuan untuk mendobrak tapal batas ilmu pengetahuan yang ada sekarang -betapapun sudah sangat maju- dan membuat tapal batas baru.
Petaka Kaum Muda Muslim
Kaum arogan dunia tidak menerima keberadaan generasi muda Dunia Islam yang memelihara ketakwaan, niat yang suci sekaligus tekad dan etos kerja yang tinggi. Para penguasa dunia hanya menghendaki generasi Muslim yang rusak moral. Namun demikian, pemuda dan pemudi Muslim harus melawan kehendak musuh. Mental para pemimpin negara-negara Muslim harus kuat, mengandalkan generasi muda dan menggandeng bangsanya. Mereka tidak boleh gentar kepada siapapun dan jangan pernah takut kepada gertakan musuh. Mereka punya benteng raksasa ini yang bisa dimanfaatkan dengan baik. Seluruh elemen bangsa, khususnya generasi muda, harus menyadari kehebatannya dan terus membangun diri sendiri.
Perlawanan Terhadap Dosa
Kejernihan dan kesucian fitrah adalah satu anugerah besar dari Allah Swt. Para pemuda harus menggunakan fitrahnya dan berkata ‘tidak' kepada dosa. Sebagian orang beranggapan bahwa manusia tidak memiliki kekuatan untuk melawan dosa. Sama sekali tidak demikian. Dosa bisa dilawan tapi perlawanan memerlukan latihan yang memadai. Para pemuda yang bertekad untuk memantapkan kehendak harus melawan dorongan hawa nafsunya. Dalam Islam, puasa yang ditetapkan sebagai satu kewajiban tentu merupakan satu latihan yang diharuskan bagi semua orang.
Manusia memang mudah terseret ke lembah dosa. Tapi apakah manusia tidak memiliki ikhtiar untuk melawan arus dan godaan ini? Apakah tidak ada cara apapun untuk lolos dari jurang dosa?
Dalam banyak kasus manusia mampu membulatkan kehendak dan mengambil keputusan. Tapi syahwat dan godaan hawa nafsunya memang selalu berusaha menghalanginya. Bahkan ada manusia yang seumur hidupnya terkurung oleh kondisi pasrah di depan godaan hawa nafsu sehingga di masa tua ia kehilangan kemampuan untuk mengasah nyali. Tapi pemuda tidak demikian. Pemuda masih mampu mengasah nyali.
Sebagian orang beranggapan bahwa menghindari dosa adalah tugas orang-orang yang sudah lanjut usia (lansia). Padahal, sebagaimana secara fisik mereka sudah lemah, secara mentalpun lansia juga sudah sangat lemah. Pemudalah yang justru jauh lebih berkemampuan untuk melakukan perlawanan. (IRIB/Khamenei)