Pencarian Isi Blogg Ini

Jumat, 15 Februari 2013

Keislaman Arab Saudi Perlu di Pertanyakan, Karena Arab Saudi Pendiri Teroris Dimana-mana, Waspadalah Dengan Aliran Wahabi Dari Saudi

Qatar dan Saudi Dirikan Geng Teroris "Iraq Liberation Army"

kaisar Turki
kaisar Turki

Turkish Daily Idinlik hari ini, Jumat, 15/02/13, menurunkan laporan bahwa tentara yang dikenal sebagai "Iraq Liberation Army" didirikan di Turki di bawah perlindungan kaisar Erdogan.

Anggota kelompok itu adalah sisa-sisa Partai Ba'ath dan kelompok ektrimis Wahabi Salafi pendukung Tariq al-Hashimi, yang saat ini tengah menerima training militer di Kamp Gullbasi (Pusat Pelatihan Militer Turki).


Koran berbahasa Turki ini menambahkan bahwa Qatar dan Arab Saudi betindak sebagai donor keuangan dari proyek besar untuk menghancurkan negara berdaulat Irak ini.

Sementara beberapa berita lain melaporkan, dengan keterlibatan dan campur tangan negara-negara tersebut pada pemerintah Perdana Menteri Nuri al-Maliki, sejumlah anggota oposisi Irak juga menerima pelatihan militer di Yordania dan Tabuk wilayah Arab Saudi.

Sangat menarik, sebab langkah-langkah ini sejalan dengan kebijakan AS dan Inggris, yang tengah mengatur strategi perubahan rezim Irak yang di pernah digelar beberapa kali di Istanbul, Doha dan London pada tahun 2012.

Beberapa analis mengatakan, upaya AS bersama dengan bantuan dari sekutu-sekutunya di wilayah, termasuk Arab Saudi, Qatar dan Turki serta lobi Zionis untuk mengatur konspirasi ini, dalam rangka menjaga keamanan dan kepentingan rezim apartheid Israel di Timur Tengah.

Sebelumnya diberitakan,  mengutip sumber-sumber intelijen, koran Turki, Aydinlik Gazete, mengatakan bahwa anggota  partai oposisi Irak dilatih secara khusus di Pusat Pelatihan Polisi Golbasi, di provinsi Ankara.

Laporan itu menambahkan bahwa mereka tiba di ibukota Turki pada musim gugur 2012 dan menuju tempat pelatihan militer di Golbasi.

Laporan itu juga menyebutkan bahwa Izzat Ibrahim al-Douri, yang memimpin partai Ba'th dan menjadi buronan Irak,  juga bekerja sama dengan pemerintah Ankara untuk menggulingkan pemerintah Maliki.

Laporan tersebut menyatakan bahwa Douri bersumpah akan menyerahkan kontrol kota Mosul di Irak utara setelah penggulingan Maliki pada Turki.

Suriah VS Al-Qaeda
Intelijen Saudi: Bandar bin Sulthan Pendiri Teroris Front al-Nusra

Intelijen Saudi: Bandar bin Sulthan Pendiri Teroris Front al-Nusra

Intensifnya perselisihan dan bentrokan antara pangeran-pageran muda dan tua Arab Saudi, serta lamanya Raja Abdullah tidak aktif dalam pemerintahan menjadi sebab berkurangnya bantuan keuangan dan logistik Arab Saudi kepada teroris Suriah.

Islamic Fraternity (IF), Jumat, 15/02/13, menyatakan, basis logistik kerajaan Saudi di kota pelabuhan Iskenderun, Turki, yang selama ini rutin memberikan bantuan keuangan kepada teroris Suriah, saat ini telah dibatasi finansialnya.

Raja Saudi sebelumnya menitahkan ke negara-negara Arab berigal dan para "mujahidin" di dunia mengumpulkan bantuan keuangan untuk mendukung teroris  sebagai upaya menghancurkan negara Arab Suriah, satu-satunya negara Arab yang anti Israel.

Raja diktator yang sudah uzur dan tak layak memimpin, Abdullah bin Abdul Aziz itu mulai menjalankan rencana propagada bohong via Internet untuk mendukung teroris Suriah dan menjalankan kebijakan proyek Barat anti-Suriah, pada hari pertamanya propaganda telah menyumbang dana sekitar 811.797.121 Rials kepada teroris.

Raja sendiri memberikan dananya yang berlebih dari koceknya sebesar 20 juta Rials Saudi dan Putra Mahkota Salman bin Abdul Aziz memberikan sumbangan sekitar 10 juta Rials. Namun, situasi di Arab Saudi kian tegang karena dihajar kofllik internal perebutan kekuasaan. Demikian al-Arabia pada 24 Juli 2012 melaporkan.

Baru-baru ini, Intelligence Online Newspaper, yang menerima rincian laporan dari sumber Barat mengungkap, bahwa Saudi Intelligence Service yang dipimpin oleh Bandar bin Sultan bin Abdul Aziz al-Saud adalah pendiri teroris Front al-Nusra dan pensuplai dana tak terbatas kepada teroris sebagai sayap politik Bandar bin Sulthan di Suriah jika teroris memerintah Suriah.

Suplai finansial dan dukungan logistik untuk kelompok-kelompok teroris bersenjata Suriah adalah salah satu langkah yang diambil oleh Arab Saudi dan negara-negara Barat untuk mengacaukan Suriah sejauh ini. Namun pemerintah Suriah yang berkuasa justru mendapat dukungan rakyat sepenuhnya.

Mengapa Menjadi Teroris?

mencetak teroris
mencetak teroris

Jangan kaget jika, suatu saat anak anda ditanya cita-citanya jika besar nanti, jawabnya “ingin, menjadi teroris.”

Saya teringat,sekitar dua puluh tahun lalu, dua anak perempuan rekan sekerja saat ditanya cita-citanya, “ ingin menjadi penjahat.” Saya tak tahu ide dari mana jawaban kedua anak itu. Bahkan orang tuanya pun tidak tahu. Saat itu yang terpikir, “ah, itu kan cuma pikiran anak-anak.”

Saat masih remaja dan aktif dalam organisasi pelajar berciri keagamaan, saya dijejali pikiran dengan moto “hidup mulia atau mati syahid.” Moto tersebut sampai sekarang masih saya jumpai di tempat saya dibesarkan. Bahkan di pangkalan ojek depan kampung saya tertulis besar-besar moto itu lengkap dengan Bahasa Arabnya “hayatunkariman aw mautan syahidan.”

Ide dalam moto itu terdapat dua pilihan “terpaksa”. Saya sempat menduga motivasi seseorang menjadi teroris itu “terpaksa” karena miskin atau hidup susah. Artinya jika hidup mulia, kaya bisa bantu banyak orang, berkedudukan tinggi tapi tidak korupsi dan berbuat bagi masyarakat, tidak perlu “berjuang” mengangkat senjata di medan perang atau syahid. Sedangkan, jika hidup susah, lebih baik “berjuang di jalan Allah” (fisabilillah). Karena dalam konsep zakat, fisabilillah termasuk yang mendapat hak bagian (mustahiq).

Bahkan Presiden Amerika Serikat George W.Bush dalam pidatonya di Monterey, Mexico, 22 Maret 2002, mengatakan, “kami berjuang melawan kemiskinan, sebab itu harapan untuk menjawab terorisme.” Komentar serupa juga datang dari Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, dalam pernyataannya pada 12 November 2001, mengatakan,”…negara gagal, kemiskinan dan pemutusan hubungan kerja (PHK) menyumbang adanya terorisme.” Sejumlah nama terkenal seperti Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan, Raja Yordania Abdullah, bahkan ahli dari Kennedy School, Jessica Stern yakin kemiskinan sebagai penyebab terorisme.

Namun, pemikiran itu ternyata terbantahkan. Menurut Alan B.Krueger dalam bukunya What a Makes Terrorist, sejumlah orang dalam penelitiannya menjawab menjadi teroris adalah pilihan hidup, cita-cita atau karir, seperti menjadi dokter, pengacara, insinyur, pilot dan jenis pekerjaan lain.

Istilah terorisme mengemuka kembali setelah penyerangan gedung kembar di New York, 11 September 2001. Seharusnya Bush bisa berkaca bahwa para pelaku penyerangan itu bukanlah orang-orang miskin. Mereka bersekolah penerbangan di Amerika Serikat, yang tentu biayanyan tidak murah dan hidup senang-senang di negeri itu. Bahkan arsitek di balik itu jika benar tuduhanya, Usamah bin Ladin, adalah anak orang kaya dari Saudi Arabia, yang mewarisi bisnis Kelompok Bin Ladin sebesar 300 juta US dolar. Juga punya sejumlah bisnis di manca negara.

Selain Usamah bin Ladin, ada juga dua ilmuwan dari Malaysia Noordin M.Top dan Dr.Azhari yang beroperasi menyebar teror di Indonesia, bukanlah orang miskin dan juga bukan orang bodoh. Walaupun dalam prakteknya, mereka mempekerjakan orang-orang tidak mampu, tapi kemiskinan bukanlah satu-satunya motivasi orang menjadi teroris.

Keluarga bisa menjadi tempat subur tumbuhnya teroris. Jika di dalam keluarga itu memang diajarkan atau orang tuanya membenarkan tindakan teror sebagai jalan kehidupan. Contoh kongkrit tiga kakak beradik, Amrozi, Ali Imron dan Ali Ghifron. Jika para pelaku teror itu dijadikan teladan bagi keluarga, anak-anak mereka dari berbagai isteri bukan tidak mungkin ada yang menjadi teroris.

Lingkungan, juga bisa membentuk dan menumbuhkan bibit teroris. Para teroris yang dianggap pahlawan di suatu daerah tertentu akan membuat “iri” orang di sekitarnya untuk melakukan hal yang sama.

Ideologi atau seolah-olah ideologi juga menjadi pabrik tumbuhnya teroris. Dalam beberapa kejadian di Indonesia, Pakistan dan Afghanistan, sekolah-sekolah atau perkumpulan-perkumpulan menjadi tempat mencuci otak anak didiknya dengan dogma untuk melakukan terror sebagai jalan perjuangannya. Padahal dogma yang diajarkan itu bisa saja salah tafsir dari ajaran “asli” itu sendiri.

Kejahatan Amerika Serikat dan Barat jugamenyumbang suburnya terorisme. Bagi banyak orang Islam bahkan dari berbagai sekte menuding kelakukan negara-negara besar mempertahankan Israel dan mengenyampingkan Negara Palestina merdeka, penyebab tumbuhnya terorisme.

Terorisme sebenarnya bukan hanya milik orang Islam, seperti yang terbentuk selama ini. Kelompok Tentara Revolusi Irlandia (IRA) di Irlandia Utara, Inggris, Basque di Spanyol, para mafia/kartel narkoba di Amerika Latin dan banyak kelompok lain yang tak berkaitan dengan Islam menggunakan teror sebagai bentuk perjuangannya. Bahkan cara-cara Amerika Serikat di Irak, Afghanistan dan kini di Suriah serta kebencian orang-orang “barat” terhadap Islam juga dituding sebagai terorisme yang dilakukan negara adikuasa dan besar.

Media Pusat Teroris

Peran media menyuburkan keberadaan teroris dan dapat menumbuhkan cita-cita seseorang bahkan anak-anak yang mengkonsumsi media tersebut secara terus menerus ingin seperti itu. Menjadi teroris, bisa seterkenal artis, selebritas, pengusaha atau pejabat. Bahkan bisa lebih, kadang-kadang penggrebekannya diliput secara langsung di televisi. Sebuah penelitian terhadap jurnalis di Jakafta beberapa bulan lalu menemukan lebih dari 60 persen jurnalis Indonesia berpihak kepada kelompok garis keras. Tepatnya ruang redaksi telah disusupi jurnalis-jurnalis radikal yang anti keberagaman dan pro kekerasan.

Lalu bagaimana membunuh cita-cita seseorang menjadi teroris? Tentunya bisa dimulai dari mempelajari akar terjadinya terorisme pada suatu tempat. Tidak ada cara tunggal untuk memberantasnya.

Antara lain, mempersempit ujaran kebencian (hate crimes). Karena ujaran kebencian, menurut Krueger adalah sepupu dari terorisme.Kegiatan itu menyumbang sekelompok orang untuk melakukan kekerasan atas nama agama, ras dan etnik . Negara harus bertindak tegas terhadap pelaku pengujar kebencian. Keterlibatan aparat negara, melindungi dan mendiami perbuatan sekelompok orang pengujar kebencian, tentu nantinya negara itu bakal memanen teror di masa mendatang.

Istri Presiden Bush, Laura, pada 2002 menyatakan,”untuk menang melawan terorisme, tergantung pendidikan anak-anak di dunia. Sebab anak-anak terdidik memudahkan untuk mengalahkan terorisme.”

Memang, pendidikan pada anak untuk mengenalkan kepada mereka keberagaman, nantinya bakal menuai generasi yang lebih cerdas dan berpikir luas. Agar berhasil pendidikan anak harus diikuti juga dengan lingkungan yang mendukung pluralisme.

Nah, di ruang redaksi media harus steril dari orang-orang radikal yang anti keberagaman dan pro kepada tindakan kekerasan kelompok tertentu. Jika media massa sudah disusupi orang-orang yang pro kelompok pelaku kekerasan, tentu bukan tidak mungkin anak-anak yang mengkonsumsi media tersebut terus menerus akan menganggap pelaku kejahatan atau teroris sebagai sebuah pilihan cita-cita. Seperti cita-cita anak rekan saya dulu. Nauzubillahi min dzalik.

Bandung, 18 Januari 2013

Ahmad Taufik: Mahasiswa magister program pendidikan hubungan internasional FISIP Universitas Padjadjaran, Bandung
Gerakan Wahabi Saudi


Bos Wahabi Makasar Digaji Rp 2 Juta Perbulan dari Dubes Saudi

Ilha Kadir bangga digaji 2 Juta perbulan dari Saudi untuk menghancurkan Islam dari dalam
Ilha Kadir bangga digaji 2 Juta perbulan dari Saudi untuk menghancurkan Islam dari dalam

Ilham Kadir adalah Wahabi kelas berat, bos situs anti-Pancasila dan anti-NKRI yang beralamat di lppimakassar. Dalam situs itu menggambarkan dia sebagai “Mahasiswa Pascasarjana UMI & Peneliti di Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI) Indonesia bagian Timur”.

Dengan kendaraan situs itu Kadir mencoba menyebar kebencian yang menurutnya adalah kebenaran tunggal dari Tuhan. Jiwa dan raganya terbakar melihat kebersamaan antara umat beragama terutama Sunni dan Syiah terus terpupuk dan harmonis. Karenanya dengan modal gaji hanya sebesar 2 juta dia rela menghancurkan harmonisasi Islam demi pernak-pernik hadiah dan pujian dari kerajaan diktator Wahabi Saudi Arabia.

Dalam bincang-bincang dan debat dengan akun @Laksmi Rajani di Facebook, @Ilham Kadir mengakui kalau dirinya mendapatkan dana dari Duta Besar Wahabi Saudi Arabia di Jakarta, hanya sekitar 2 juta rupiah perbulan untuk merobohkan banguanan kerukunan Islam.

Dikatakannya, "Iya, berkat saya pengunjungnya bisa sebanyak itu per hari, gaji perbulan 2 juta dari dubes Saudi di jakarta sebenarnya tidak sepadan dengan yang saya lakukan." Tandanys di Facebook.

Sebuah pengakuan yang tulus dan sekaligus menujukkan kepolosan dari berbagai sisi dan dimensi dari seorang Wahabi didikan Arab Saudi.






http://www.islamtimes.org/images/docs/files/000224/nf00224315-1.jpg


Gerakan ala Tauhid Wahabi
Saudi Arabia Mulai Hancurkan Serambi Masjid Agung Makkah

Serambi Era Ottoman yang dihancurkan
Serambi Era Ottoman yang dihancurkan

Sebuah portico (serambi beratap yang ditopang tiang-tiang, red) abad ke-17 di Masjid Agung Mekkah telah berubah menjadi kerangka dan siap unutuk dihancurkan. Hal yang selama ini dipertentangkan antara pemerintah diktator Arab Saudi untuk merenovasi kota, dan mereka yang mendukung pelestarian arsitektur kuno dan monumen peninggalan bersejarah terutama peninggalan Nabi Muhammad Saw.

Pihak berwenang Mekkah mengeluarkan perintah untuk menghancurkan serambi era Ottoman itu dalam upaya untuk menciptakan lebih banyak ruang dan menarik jumlah peziarah untuk mengunjungi situs suci Makkah, CNN melaporkan, Kamis, 14/02/13.

http://www.islamtimes.org/images/docs/000239/n00239728-t.jpg
Para pekerja membor salah satu kubah serambi era Ottoman dari atas sebagai bagian dari proses pembongkaran kota suci Mekkah

Sementara itu, pemerintah Turki dalam sebuah peryataan menyuarakan keprihatinannya atas penghancuran serambi era Ottoman itu.

"Hal ini sangat penting untuk melestarikan beranda Kabah sebagai warisan dari Kekaisaran Ottoman di mana mereka pernah berkuasa," kata sebuah pernyataan dari "Turkey's Directorate for Cultural Properties and Museums".

Selain itu, pemerintah Saudi juga akan menghancurkan tiga masjid bersejarah Islam, termasuk masjid Ghamama, di mana Nabi Muhammad Saw dikatakan oleh sejarah, membaca doa pertama kali pada hari raya Idul Fitri yang terletak di luar tembok barat Masjid al-Nabawi.

Dari 7 mesjid bersejarah yang dibangun sebagai kenang-kenangan Perang Khandaq, hanya 2 masjid yang tersisa. Sepuluh tahun sebelumnya, mesjid yang dibangun untuk mengenang cucu Rasulullah juga dihancurkan dengan dinamit.

Foto-foto saat perusakan yang berhasil diambil diam-diam menunjukkan bahwa para polisi moral Saudi sangat gembira saat peledakan dinamit itu dilakukan.

Menurut Dr. Irfan al-Alawi dari Yayasan Riset Warisan Islam (Islamic Heritage Research Foundation) mengatakan, pembangunan yang tengah dilakukan di Madinah dan Makkah itu merupakan bagian dari proyek besar untuk mengurangi perhatian peziarah pada tempat makam suci Nabi.

Hal yang membuat prasangka ini muncul adalah kubah hijau tempat makam Rasulullah sekarang terletak di tengah masjid. Tapi dalam bangunan baru yang akan dibangun nanti (luasnya 8 kali lipat luas banguan sekarang), mimbar Nabi akan berada di tempat lain dan makam Nabi akan berada di bagian timur bangunan.

Proyek perusakan mihrab shalat di tengah masjid juga sudah direncanakan. Padahal, tempat ini adalah bagian Riyadh al-Jannah, tempat yang langsung dinamai sendiri oleh Nabi.

Pada tahun 2007, Kementrian Urusan Islami Saudi Arabia merilis risalah amaliah berisi fatwa-fatwa Abdulaziz asy-Syaikh, mufti besar Wahabi Saudi, yang meminta untuk menghancurkan kubah nabi dan meratakan makam Nabi dan makam Khalifah Abu Bakar serta Umar supaya tidak diziarahi muslimin. 
SUMBER: [Islam Times/on]

Tidak ada komentar: