LPPI Makassar Penebar Fitnah dan Perusak Pluralitas
|

Dalam
postingannya yang diberi tajuk, "Sejarah Desain Bendera Republik Syiah
Iran", LPPI menulis beberapa pertanyaan yang perlu diberi tanggapan oleh
tim redaksi ABNA.
Pertama, LPPI menulis, "Tak bisa dipungkiri,
Syiah dengan negara Iran-nya telah memalingkan hati sebagian kaum
Muslimin. Dulu, mereka mencintai dua kota suci Islam, Makkah dan
Madinah, sehingga tiap kali mereka mengingatnya, mereka rindu untuk
menziarahinya dengan tujuan umrah atau haji."
Tanggapan ABNA:
Siapa
sebagian kaum muslimin yang dimaksud LPPI telah terpalingkan hatinya
dari mencintai dua kota suci Islam Makah dan Madinah? Bagaimana LPPI
bisa memastikan bahwa hati sebagian kaum muslimin itu telah berpaling?
Apakah setiap mereka yang melakukan perjalanan ziarah ke kota-kota di
Iran dan Irak telah berarti berpaling hatinya dari Makah dan Madinah?.
Kedua,
LPPI menulis, "Namun dengan adanya Syiah dan juga dengan Republik Iran
telah membuat sebagian dari mereka tersilaukan, kesatuan mereka
terpecah. Kecintaan mereka terhadap dua kota suci Islam sedikit demi
sedikit menjadi pudar. Digantikan oleh kota-kota 'suci' di Iran seperti
Qom, Najaf dan Teheran. Setiap kali mereka ingat kepada 'kota-kota suci'
itu, mereka niatkan untuk berangkat kesana."
Iran menjadi segalanya dalam hati mereka.
Tanggapan ABNA:
Pernyataan
LPPI, "Kecintaan mereka terhadap dua kota suci Islam sedikit demi
sedikit menjadi pudar" adalah pernyataan yang sarat dengan fitnah.
Apakah jumlah Jemaah haji dan mereka yang umrah ke Haramain setiap
tahunnya berkurang karena lebih memilih berziarah ke kota-kota yang
dianggap suci di Iran?. Dilansir dari www.jurnalhaji.com, disebutkan
jumlah peminat haji khusus terus meningkat setiap tahunnya. Bahkan
disebutkan, sejak beberapa tahun terakhir calon jamaah yang ingin
berangkat dengan menggunakan jasa layanan haji plus juga harus masuk
daftar waiting list sebagaimana pada layanan haji reguler. Pengguna jasa
layanan haji plus harus menunggu antrian rata-rata 2-3 tahun sementara
pengguna haji reguler sendiri masa tunggunya berkisar 4-12 tahun. Masa
tunggu tersebut terpaksa diperlakukan karena pihak Arab Saudi hanya
memberikan kuota satu persen saja dari total jumlah penduduknya di
setiap Negara. Mengenai peminat umrah, situs tersebut menuliskan, Pada
2010, jumlah jamaah yang pergi umrah hanya ada 160 ribu orang. Tahun
berikutnya, versi data Himpuh (Himpunan Penyelenggara Umroh dan Haji
Indonesia ) ada 260 ribu orang. Sedangkan data dari kedutaan besar
Indonesia ada 300 ribu. Dan tahun berikutnya tentu diperkirakan jumlah
peminat akan menembus angka diatas 300 ribu.
Menyikapi fenomena
tersebut http://suarapengusaha.com/ menurunkan berita, "Jumlah jamaah
naik pesat pengusaha perjalanan haji umrah menjamur". Sementara
muslimdaily.net melansir berita adanya peningkatan jamaah haji Cina yang
meningkat pesat. Untuk tahun 2012, 3 juta muslim Cina berkeinginan
menunaikan ibadah haji, namun yang bisa diberi izin oleh pemerintah Cina
hanya 13.800 orang menyusul permintaan dari pihak Arab Saudi yang
membatasi jumlah calon jamaah haji.
Disitus
http://haji.kemenag.go.id/, berdasarkan laporan kementerian Haji Arab
Saudi untuk tahun 2012 ada 5,5 juta orang yang melakukan umrah,
sementara pada tahun 2005 hanya 2,5 juta peziarah. Jadi, dari mana LPPI
bisa menyimpulkan bahwa hati sebagian umat Islam telah berpaling dari
dua kota suci Makah dan Madinah dengan keberadaaan Syiah dan Iran
sementara data-data yang ada menyebutkan jumlah kaum muslimin yang
berminat untuk menziarahi dua kota suci itu setiap tahunnya semakin
meningkat?. Kalau yang dimaksud LPPI sebagian kaum muslimin itu adalah
umat Syiah, tentu LPPI harus menjilat ludahnya sendiri yang dalam
beberapa tulisannya menyebutkan Syiah itu kafir dan bukan bagian dari
umat Islam.
LPPI selanjutnya menulis, "Digantikan oleh kota-kota
'suci' di Iran seperti Qom, Najaf dan Teheran. Setiap kali mereka ingat
kepada 'kota-kota suci' itu, mereka niatkan untuk berangkat kesana."
Disini LPPI melakukan kesalahan fatal. Kota Najaf bukan di Iran,
melainkan di Irak. Muslim Syiahpun tidak pernah menyebut Teheran sebagai
kota suci. Yang disebut kota suci di Iran hanyalah Masyhad dan Qom.
Masyhad disebut suci karena keberadaan makam Imam Ridha as (Imam
kedelapan Syiah) dan Qom disebabkan karena di kota itu terdapat makam
Sayyidah Fatimah Maksumah (Adik perempuan Imam Ridha as). Sangat
disayangkan sebuah lembaga yang mengklaim diri sebagai lembaga
penelitian dan pengkajian namun menuliskan artikel tanpa data dan fakta
bahkan melakukan kesalahan yang sangat fatal. Apakah dasar LPPI
menuliskan artikel-artikelnya adalah kebencian dan sikap permusuhan
sehingga tidak lagi bisa berlaku adil? Semoga firman Allah SWT berikut
bisa menjadi pengingat, "Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu
jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah,
menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan." (Qs. Al-Maidah: 8).
Selanjutnya LPPI memosting
beberapa gambar yang dicopy paste dari situs www.fnoor.com yang banyak
memuat materi-materi yang menjelek-jelekkan Syiah dan Iran. LPPI hendak
menyamakan logo Bendera Nasional Iran dengan simbol agama Sikh padahal
tidak ada sangkut pautnya sama sekali. Tentu saja yang lebih mengetahui
sejarah dan makna logo bendera Iran adalah orang Iran sendiri.
Berikut
kami nukil dari IRIB Indonesia yang pernah menurunkan artikel, "Sejarah
Disain Bendera dan Lambang Republik Islam Iran". Artikel ini juga
adalah bantahan atas postingan LPPI yang tidak memiliki unsur keilmiahan
sama sekali.
Pasca kemenangan Revolusi Islam Iran, Imam Khomeini
ra mengeluarkan perintah untuk menghapus segala bentuk simbol rezim
taghut dan menggantikannya dengan lambang dan simbol Islam-syiah. Salah
satu perubahan penting adalah lambang dan bendera Republik Islam Iran.
Pada
10 Isfand 1357 Hs, Imam Khomeini ra meminta agar dilakukan perubahan
pada lambang negara, yakni singa dan matahari. Beliau mengumumkan, "Kita
telah mendirikan sebuah negara Muhammadi. Bendera Iran tidak boleh sama
dengan bendera Shahanshahi. Lambang Iran harus berbeda dari lambang
Shahanshahi dan lambang ini harus menunjukkan keislaman. Semua
kementerian dan kantor harus mencabut simbol singa dan matahari lalu
menggantinya dengan bendera Islam. Bekas-bekas taghut harus dilenyapkan.
Semua ini merupakan peninggalan taghut. Yang ada harus karya-karya
Islam. (Sahifeh Imam, jilid 6, hal 275).
Setelah itu pemerintah
sementara membuka sayembara disain baru lambang Iran. Banyak disain yang
dikirim ke kantor perdana menteri dan yang diterima adalah lambang
Republik Islam Iran saat ini yang didisain oleh Hamid Nadimi.
Setelah
mendengarkan ucapan Imam Khomeini ra, Hamid Nadimi dengan penuh
semangat mulai menggoreskan disainnya. Setelah menyelesaikan desain
lambang Iran, Nadimi membawanya ke kantor Imam Khomeini ra di Qom.
Sekalipun pada awalnya desain lambang Iran dilombakan, tapi ada desain
lainnya yang juga disetujui dan akhirnya dicetak di uang kertas masa
itu. Tapi tidak berapa lama, suatu malam Hujjatul Islam Hashemi
Rafsanjani menelpon Nadimi dan mengabarkan Imam Khomeini ra menyetujui
desainnya pada 19 Ordibehesht 1359 Hs dan meminta Nadimi untuk
menyempurnakan disainnya.
Lambang ini memiliki banyak makna di
benaknya. Ada kesederhanaan dan kelebihan khusus dalam desainnya yang
memiliki banyak makna. Hamid Nadimi ketika memberikan penjelasan makna
karyanya kepada majalan Pasdar Islam pada tahun 1362 mengatakan:
"Saya
punya keinginan untuk membuat lambang bagi dunia Islam. Ketika Imam
Khomeini ra mengatakan bahwa simbol singa dan matahari harus diganti dan
negara membutuhkan lambang baru, saya mulai kembali memikirkan ide yang
selama ini ada dalam pikiranku. Saya mulai menerawang kembali sketsa
yang pernah saya buat. Dalam disain ini ada tiga prinsip penting
pemerintahan Islam dalam al-Quran; kitab, timbangan dan besi yang
menjadi simbol dari al-Quran, mizan dan hadid. Bagian yang berdiri di
tengah dalam disain ini dalam bahasa Persia dan Arab menunjukkan
kekuatan dan pedang. Simbol ini berdiri tegak yang berarti kekuatan dan
kekokohan. Ini merupakan penafsiran dari kata hadid (besi) dalam
al-Quran (... Anzalna al-Hadid Fiihi Ba'sun Syadidun).
Komposisi
yang sangat ideal antara garis dan lengkungan yang ada berada dalam
kondisi seimbang dan ini memberikan makna timbangan, seperti kata mizan
dalam al-Quran (Wassamaa' Rafa'aha wa Wadha'al Mizan). Lima bagian yang
menjadi bentuk asli disain ini, sekalipun bermakna lima prinsip agama
dan prinsip tauhid berada di tengah dan tegak di antara lengkungan yang
ada. Selain itu, secara keseluruhan, komposisi yang ada ini menjadi
simbol dari kata Allah dan menjadi inti dan tersembunyi dari kalimat
tauhid Laa Ilaaha Illallah.
Garis-garis lengkung yang membentuk
lingkaran adalah setengah dari bola bumi dan merepresentasikan
universalnya dakwah Islam. Kata Allah didisain berbentuk bola guna
menunjukkan pesan universalitas Islam. Garis-garis lengkung seperti
bulan sabit dalam disain ini diambil dari gambar dari Nabi Muhammad Saw
yang berkali-kali dilakukannya dengan pedang beliau sebagai paraf di
atas pasir."
Setelah itu Nadimi juga mendesain bendera. Saat
menjelaskan disainnya ini, Nadimi menjelaskan, "Bendera ini memberikan
harapan akan pemerintahan Imam Mahdi af. Warna hijau, putih dan merah
merupakan tanda khusus Republik Islam Iran dan slogan Allahu Akbar
semuanya berasal dari prinsip yang telah ditetapkan dalam UUD."
Doktor
Nadimi mencontoh slogan Allahu Akbar dan mengulanginya. Slogan ini
sebelas kali dalam warna merah dan sebelas kali dalam warga hijau, yakni
kedua warna ini diulanginya sebanyak 22 kali dan ini merupakan simbol
dari tanggal 22 Bahman 1357 Hs, Hari Kemenangan Revolusi Islam Iran.
Bentuk di sudut sebelah kanan ada tulisan Allahu Akbar mengingatkan
slogan penuh pengaruh ini dan ini merupakan huruf yang dipakai di kubah,
menara dan masjid-masjid, dan kini tertulis di bendera Iran. Kata Allah
yang berwarna merah di bendera Iran menunjukkan asal penciptaan dan
semua akan kembali kepada Allah. Hal ini menunjukkan tujuan akhir
pemerintahan Islam.
Doktor Hamid Nadimi adalah dosen arsitektur
Universitas Shahid Beheshti dan memberikan mata kulian teori dan metode
disain. Ia mendapat gelar doktor arsiteknya dari Inggris. Sekalipun
karyanya akan senantiasa diingat oleh bangsa Iran, tapi tidak pernah
punya keinginan untuk terkenal. Menurutnya, "Manusia yang fana jangan
sampai menyambungkan dirinya dengan hal-hal yang abadi. Saya tidak ingin
melekatkan diri dengan masalah-masalah seperti ini. Masyarakat tidak
mengetahui wajah saya akan lebih baik buat saya. Karena bendera ini
suci. Apa yang terjadi bila suatu hari saya berubah menjadi anti
Revolusi? Oleh karenanya, sudah biarkan saja semua berlalu begitu saja."
Doktor
Nadimi dalam hidupnya pernah sekali bertemu dengan Imam Khomeini ra dan
menjelaskan pertemuan itu sebagai berikut, "Saya tidak bertemu dengan
Imam dengan motivasi sebagai pembuat disain bendera Iran. Beberapa tahun
saya pergi ke Huseiniyah Jamaran dan meminta beliau membacakan akad
nikahku."
**
Berikut link postingan LPPI yang sarat dengan
kebencian dan permusuhan terhadap Republik Islam Iran:
http://www.lppimakassar.com/2013/01/sejarah-desain-bendera-republik-syiah.html
Sumber: Abna.ir

Tidak ada komentar:
Posting Komentar