Pencarian Isi Blogg Ini

Minggu, 24 Februari 2013

LPPI Makassar Penebar Fitnah dan Perusak Pluralitas


Fitnah LPPI Makassar
LPPI Makassar Penebar Fitnah dan Perusak Pluralitas


LPPI Makassar Penebar Fitnah dan Perusak PluralitasMenurut Kantor Berita ABNA, setelah sebelumnya menyebar video rekayasa untuk memperolok-olok ulama Iran, LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam) Wilayah Indonesia Timur yang bermarkas di Makassar kembali menyebar fitnah baru. Dalam salah satu postingannya, LPPI Makassar yang diketuai H. Said Abdusshamad, Lc tersebut mengaitkan logo dalam bendera nasional Republik Islam Iran dengan simbol agama Sikh. Sekilas kedua gambar tersebut memang tampak sama namun ketika diperhatikan lebih seksama akan Nampak dengan jelas perbedaan keduanya.

Dalam postingannya yang diberi tajuk, "Sejarah Desain Bendera Republik Syiah Iran", LPPI menulis beberapa pertanyaan yang perlu diberi tanggapan oleh tim redaksi ABNA.

Pertama, LPPI menulis, "Tak bisa dipungkiri, Syiah dengan negara Iran-nya telah memalingkan hati sebagian kaum Muslimin. Dulu, mereka mencintai dua kota suci Islam, Makkah dan Madinah, sehingga tiap kali mereka mengingatnya, mereka rindu untuk menziarahinya dengan tujuan umrah atau haji."

Tanggapan ABNA:

Siapa sebagian kaum muslimin yang dimaksud LPPI telah terpalingkan hatinya dari mencintai dua kota suci Islam Makah dan Madinah? Bagaimana LPPI bisa memastikan bahwa hati sebagian kaum muslimin itu telah berpaling? Apakah setiap mereka yang melakukan perjalanan ziarah ke kota-kota di Iran dan Irak telah berarti berpaling hatinya dari Makah dan Madinah?.

Kedua, LPPI menulis, "Namun dengan adanya Syiah dan juga dengan Republik Iran telah membuat sebagian dari mereka tersilaukan, kesatuan mereka terpecah. Kecintaan mereka terhadap dua kota suci Islam sedikit demi sedikit menjadi pudar. Digantikan oleh kota-kota 'suci' di Iran seperti Qom, Najaf dan Teheran. Setiap kali mereka ingat kepada 'kota-kota suci' itu, mereka niatkan untuk berangkat kesana."

Iran menjadi segalanya dalam hati mereka.

Tanggapan ABNA:

Pernyataan LPPI, "Kecintaan mereka terhadap dua kota suci Islam sedikit demi sedikit menjadi pudar" adalah pernyataan yang sarat dengan fitnah. Apakah jumlah Jemaah haji dan mereka yang umrah ke Haramain setiap tahunnya berkurang karena lebih memilih berziarah ke kota-kota yang dianggap suci di Iran?. Dilansir dari www.jurnalhaji.com, disebutkan jumlah peminat haji khusus terus meningkat setiap tahunnya. Bahkan disebutkan, sejak beberapa tahun terakhir calon jamaah yang ingin berangkat dengan menggunakan jasa layanan haji plus juga harus masuk daftar waiting list sebagaimana pada layanan haji reguler. Pengguna jasa layanan haji plus harus menunggu antrian rata-rata 2-3 tahun sementara pengguna haji reguler sendiri masa tunggunya berkisar 4-12 tahun. Masa tunggu tersebut terpaksa diperlakukan karena pihak Arab Saudi hanya memberikan kuota satu persen saja dari total jumlah penduduknya di setiap Negara. Mengenai peminat umrah, situs tersebut menuliskan, Pada 2010, jumlah jamaah yang pergi umrah hanya ada 160 ribu orang. Tahun berikutnya, versi data Himpuh (Himpunan Penyelenggara Umroh dan Haji Indonesia ) ada 260 ribu orang. Sedangkan data dari kedutaan besar Indonesia ada 300 ribu. Dan tahun berikutnya tentu diperkirakan jumlah peminat akan menembus angka diatas 300 ribu.

Menyikapi fenomena tersebut http://suarapengusaha.com/ menurunkan berita, "Jumlah jamaah naik pesat pengusaha perjalanan haji umrah menjamur". Sementara muslimdaily.net melansir berita adanya peningkatan jamaah haji Cina yang meningkat pesat. Untuk tahun 2012, 3 juta muslim Cina berkeinginan menunaikan ibadah haji, namun yang bisa diberi izin oleh pemerintah Cina hanya 13.800 orang menyusul permintaan dari pihak Arab Saudi yang membatasi jumlah calon jamaah haji.

Disitus http://haji.kemenag.go.id/, berdasarkan laporan kementerian Haji Arab Saudi untuk tahun 2012 ada 5,5 juta orang yang melakukan umrah, sementara pada tahun 2005 hanya 2,5 juta peziarah. Jadi, dari mana LPPI bisa menyimpulkan bahwa hati sebagian umat Islam telah berpaling dari dua kota suci Makah dan Madinah dengan keberadaaan Syiah dan Iran sementara data-data yang ada menyebutkan jumlah kaum muslimin yang berminat untuk menziarahi dua kota suci itu setiap tahunnya semakin meningkat?. Kalau yang dimaksud LPPI sebagian kaum muslimin itu adalah umat Syiah, tentu LPPI harus menjilat ludahnya sendiri yang dalam beberapa tulisannya menyebutkan Syiah itu kafir dan bukan bagian dari umat Islam.

LPPI selanjutnya menulis, "Digantikan oleh kota-kota 'suci' di Iran seperti Qom, Najaf dan Teheran. Setiap kali mereka ingat kepada 'kota-kota suci' itu, mereka niatkan untuk berangkat kesana." Disini LPPI melakukan kesalahan fatal. Kota Najaf bukan di Iran, melainkan di Irak. Muslim Syiahpun tidak pernah menyebut Teheran sebagai kota suci. Yang disebut kota suci di Iran hanyalah Masyhad dan Qom. Masyhad disebut suci karena keberadaan makam Imam Ridha as (Imam kedelapan Syiah) dan Qom disebabkan karena di kota itu terdapat makam Sayyidah Fatimah Maksumah (Adik perempuan Imam Ridha as). Sangat disayangkan sebuah lembaga yang mengklaim diri sebagai lembaga penelitian dan pengkajian namun menuliskan artikel tanpa data dan fakta bahkan melakukan kesalahan yang sangat fatal. Apakah dasar LPPI menuliskan artikel-artikelnya adalah kebencian dan sikap permusuhan sehingga tidak lagi bisa berlaku adil? Semoga firman Allah SWT berikut bisa menjadi pengingat, "Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Qs. Al-Maidah: 8).

Selanjutnya LPPI memosting beberapa gambar yang dicopy paste dari situs www.fnoor.com yang banyak memuat materi-materi yang menjelek-jelekkan Syiah dan Iran. LPPI hendak menyamakan logo Bendera Nasional Iran dengan simbol agama Sikh padahal tidak ada sangkut pautnya sama sekali. Tentu saja yang lebih mengetahui sejarah dan makna logo bendera Iran adalah orang Iran sendiri.

Berikut kami nukil dari IRIB Indonesia yang pernah menurunkan artikel, "Sejarah Disain Bendera dan Lambang Republik Islam Iran". Artikel ini juga adalah bantahan atas postingan LPPI yang tidak memiliki unsur keilmiahan sama sekali.

Pasca kemenangan Revolusi Islam Iran, Imam Khomeini ra mengeluarkan perintah untuk menghapus segala bentuk simbol rezim taghut dan menggantikannya dengan lambang dan simbol Islam-syiah. Salah satu perubahan penting adalah lambang dan bendera Republik Islam Iran.

Pada 10 Isfand 1357 Hs, Imam Khomeini ra meminta agar dilakukan perubahan pada lambang negara, yakni singa dan matahari. Beliau mengumumkan, "Kita telah mendirikan sebuah negara Muhammadi. Bendera Iran tidak boleh sama dengan bendera Shahanshahi. Lambang Iran harus berbeda dari lambang Shahanshahi dan lambang ini harus menunjukkan keislaman. Semua kementerian dan kantor harus mencabut simbol singa dan matahari lalu menggantinya dengan bendera Islam. Bekas-bekas taghut harus dilenyapkan. Semua ini merupakan peninggalan taghut. Yang ada harus karya-karya Islam. (Sahifeh Imam, jilid 6, hal 275).

Setelah itu pemerintah sementara membuka sayembara disain baru lambang Iran. Banyak disain yang dikirim ke kantor perdana menteri dan yang diterima adalah lambang Republik Islam Iran saat ini yang didisain oleh Hamid Nadimi.

Setelah mendengarkan ucapan Imam Khomeini ra, Hamid Nadimi dengan penuh semangat mulai menggoreskan disainnya. Setelah menyelesaikan desain lambang Iran, Nadimi membawanya ke kantor Imam Khomeini ra di Qom. Sekalipun pada awalnya desain lambang Iran dilombakan, tapi ada desain lainnya yang juga disetujui dan akhirnya dicetak di uang kertas masa itu. Tapi tidak berapa lama, suatu malam Hujjatul Islam Hashemi Rafsanjani menelpon Nadimi dan mengabarkan Imam Khomeini ra menyetujui desainnya pada 19 Ordibehesht 1359 Hs dan meminta Nadimi untuk menyempurnakan disainnya.

Lambang ini memiliki banyak makna di benaknya. Ada kesederhanaan dan kelebihan khusus dalam desainnya yang memiliki banyak makna. Hamid Nadimi ketika memberikan penjelasan makna karyanya kepada majalan Pasdar Islam pada tahun 1362 mengatakan:

"Saya punya keinginan untuk membuat lambang bagi dunia Islam. Ketika Imam Khomeini ra mengatakan bahwa simbol singa dan matahari harus diganti dan negara membutuhkan lambang baru, saya mulai kembali memikirkan ide yang selama ini ada dalam pikiranku. Saya mulai menerawang kembali sketsa yang pernah saya buat. Dalam disain ini ada tiga prinsip penting pemerintahan Islam dalam al-Quran; kitab, timbangan dan besi yang menjadi simbol dari al-Quran, mizan dan hadid. Bagian yang berdiri di tengah dalam disain ini dalam bahasa Persia dan Arab menunjukkan kekuatan dan pedang. Simbol ini berdiri tegak yang berarti kekuatan dan kekokohan. Ini merupakan penafsiran dari kata hadid (besi) dalam al-Quran (... Anzalna al-Hadid Fiihi Ba'sun Syadidun).

Komposisi yang sangat ideal antara garis dan lengkungan yang ada berada dalam kondisi seimbang dan ini memberikan makna timbangan, seperti kata mizan dalam al-Quran (Wassamaa' Rafa'aha wa Wadha'al Mizan). Lima bagian yang menjadi bentuk asli disain ini, sekalipun bermakna lima prinsip agama dan prinsip tauhid berada di tengah dan tegak di antara lengkungan yang ada. Selain itu, secara keseluruhan, komposisi yang ada ini menjadi simbol dari kata Allah dan menjadi inti dan tersembunyi dari kalimat tauhid Laa Ilaaha Illallah.

Garis-garis lengkung yang membentuk lingkaran adalah setengah dari bola bumi dan merepresentasikan universalnya dakwah Islam. Kata Allah didisain berbentuk bola guna menunjukkan pesan universalitas Islam. Garis-garis lengkung seperti bulan sabit dalam disain ini diambil dari gambar dari Nabi Muhammad Saw yang berkali-kali dilakukannya dengan pedang beliau sebagai paraf di atas pasir."

Setelah itu Nadimi juga mendesain bendera. Saat menjelaskan disainnya ini, Nadimi menjelaskan, "Bendera ini memberikan harapan akan pemerintahan Imam Mahdi af. Warna hijau, putih dan merah merupakan tanda khusus Republik Islam Iran dan slogan Allahu Akbar semuanya berasal dari prinsip yang telah ditetapkan dalam UUD."

Doktor Nadimi mencontoh slogan Allahu Akbar dan mengulanginya. Slogan ini sebelas kali dalam warna merah dan sebelas kali dalam warga hijau, yakni kedua warna ini diulanginya sebanyak 22 kali dan ini merupakan simbol dari tanggal 22 Bahman 1357 Hs, Hari Kemenangan Revolusi Islam Iran. Bentuk di sudut sebelah kanan ada tulisan Allahu Akbar mengingatkan slogan penuh pengaruh ini dan ini merupakan huruf yang dipakai di kubah, menara dan masjid-masjid, dan kini tertulis di bendera Iran. Kata Allah yang berwarna merah di bendera Iran menunjukkan asal penciptaan dan semua akan kembali kepada Allah. Hal ini menunjukkan tujuan akhir pemerintahan Islam.

Doktor Hamid Nadimi adalah dosen arsitektur Universitas Shahid Beheshti dan memberikan mata kulian teori dan metode disain. Ia mendapat gelar doktor arsiteknya dari Inggris. Sekalipun karyanya akan senantiasa diingat oleh bangsa Iran, tapi tidak pernah punya keinginan untuk terkenal. Menurutnya, "Manusia yang fana jangan sampai menyambungkan dirinya dengan hal-hal yang abadi. Saya tidak ingin melekatkan diri dengan masalah-masalah seperti ini. Masyarakat tidak mengetahui wajah saya akan lebih baik buat saya. Karena bendera ini suci. Apa yang terjadi bila suatu hari saya berubah menjadi anti Revolusi? Oleh karenanya, sudah biarkan saja semua berlalu begitu saja."

Doktor Nadimi dalam hidupnya pernah sekali bertemu dengan Imam Khomeini ra dan menjelaskan pertemuan itu sebagai berikut, "Saya tidak bertemu dengan Imam dengan motivasi sebagai pembuat disain bendera Iran. Beberapa tahun saya pergi ke Huseiniyah Jamaran dan meminta beliau membacakan akad nikahku."

**

Berikut link postingan LPPI yang sarat dengan kebencian dan permusuhan terhadap Republik Islam Iran: http://www.lppimakassar.com/2013/01/sejarah-desain-bendera-republik-syiah.html

Sumber: Abna.ir
http://www.islamtimes.org/images/docs/000224/n00224315-t.jpg

Tidak ada komentar: