Pencarian Isi Blogg Ini

Kamis, 06 Desember 2012

NU dan syi’ah harus bersatu melawan wahabi penyebar vonis ‘BID’AH ! SESAT ! KAFIR ! dan BOOM !!!



Said Agil Siraj Bilang Syiah di Indonesia Tidak Berbahaya

Said Agil Siraj begitu khawatir dengan Salafi Wahabi –
Ada pernyataan yang dikeluarkan dari mulut seorang Ketua Umum PBNU  ini. Konflik Sunni-Syiah dikatakan, hanyalah persoalan politik semata, bukan permasalahan akidah.

 

Ulama Wahabi Itu Cocoknya Jadi Pimpinan Ranting NU

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dibilang hanya pantas duduk sebagai Pimpinan Ranting Nahdhatul Ulama (NU). Bahkan, ulama itu jika ikut Muktamar NU pasti kalah suara. Naudzubillah min dzalik.Guyon yang bukan pada tempatnya itu tak pantas keluar dari seorang Ketua Umum PBNU Said Agil Siraj.
“Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab ingin disejajarkan dengan empat Imam Madzhab, seperti Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hambali. Padahal, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab hanya pantas duduk pada posisi Pimpinan Ranting NU. Kalau beliau ikut Muktamar NU sudah pasti kalah,” ejek Said Agil dalam sebuah workshop Deradikalisasi Deradikalisasi Agama Berbasis Kyai/Nyai dan Pesantren di Park Hotel, Jakarta, Sabtu (3/11).
Said Agil menuduh Wahabi memisahkan diri dan punya andil dalam meruntuhkan Khilafah Utsmani di Turki. Sampai akhir abad ke-17, Jazirah Arab masih terbagi empat wilayah: bagian utara berpusat di Syam (Syria), timur di Najd, barat di Hijaz, dan selatan di Yaman. Tapi awal abad ke-18, Gubernur Najd Muhammad Ibnu Saud, yang didukung seorang ulama bernama Muhammad bin Abdul Wahab memisahkan diri dari Khilafah Utsmani. Pertama kali muncul, gerakan ini langsung dihabisi oleh Khalifah Utsmani yang memerintahkan Gubernur Mesir Raja Fuad, untuk memeranginya. Dalam pertempuran ini, Muhammad bin Saud bisa dikalahkan dan salahsatu anaknya, Faisal terbunuh.
Kemudian, kelompok ini pecah menjadi beberapa kelompok, seperti al-Azariqah, al-Ibadiyah, an-Najdad dan ash-Shufriyah. Yang paling ekstrem adalah al-Azariqah yang mengatakan, pokoknya selain orang Khawarij adalah kafir.
Tapi kemudian, Abdul Aziz bin Abdurrahman bin Muhammad Saud, cucu Muhammad Saud, melarikan diri ke luar negeri (Bahrain) untuk menghimpun kekuatan.
“Abdul Aziz bin Abdurrahman bin Muhammad Saud lari ke Bahrain, lalu bertemu dengan Inggris yang sedang ngebor minyak. Mereka buat kesepakatan, lalu dikirim lah  Lawrence Arabia, agen Inggris yang cakap berbahasa Arab. Lawrence lalu menggiring dan memprovokasi suku Arab.Singkatnya Abdul Aziz pulang ke Najd, Saudi Timur dengan  membawa 400 pasukan berkuda. Singkatnya, Penguasa Najd kalah, maka gemparlah dunia Islam. Muhammad Saud lalu melalukan ekspansi dengan menyerang Makkah,Thoif dan Madinah. Ketika itu penguasa Syafif Husain menyerah kalah,” jelas Said,
Begitu ada kesempatan, lanjut Said Agil, dengan dukungan pasukan yang sangat militant, Abdul Aziz menyerang Makkah. Tatkala masuk Makkah, mereka langsung meratakan semua kuburan, termasuk kuburannya Siti Khadijah (istri Nabi pertama), Abdullah bin Zubeir, Asma binti Abu Bakar, kuburan para sahabat, dan semua kuburan ulama.
Said Agil Siraj juga mengatakan, situs-situs sejarah perkembangan Islam dibongkar. Sebut saja seperti rumah kakek Nabi dijadikan toilet, rumah Siti Khadijah dijadikan tempat pembuangan bahkan pasar, rumah Ali ra dijadikan kandang keledaim rumah kelahiran Nabi saw dibongkar, Bab Bani Syaibah (tempat bersejarah untuk menentukan siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad) dihilangkan jejaknya, Baitul Arqam (tempat pengaderan as-Sabiqun al-Awwalun) dibongkar, Dar an-Nadwah diratakan, dan tempat mengajar Imam Syafi’I juga dibongkar.
“Kuburan di Ma’la rata dengan tanah.  Kenapa nggak sekalian Ka’bah dibongkar, lagipula kita kesana bukan menyembah Kabah kok. Kini, tinggal Ka’bah dan Makam Nabi Ibrahim as yang ada. Sekitar 15 ribu di Baqi, makam sahabat rata sudah tidak ada. Ironisnya, kuburan Nabi Muhammad, Abu Bakar, dan Umar akan dibongkar,” kata Said.
Komite Hijaz
KH. Hasyim Asy’ari lalu mendengar kabar itu. Lalu dibentuklah Komite Hijaz, yang yang dipimpin oleh KH. Abdul Wahab dan KH Zainul Arifin.  Saat berangkat ke Jeddah dan berjumpa Raja Abdul Aziz, ulama NU itu meminta agar Raja Abdul Aziz menggilir imam Masjidil Haram dengan 4 madzhab, mulai dari Imam Syafi’i, Hambali, Hanafi, Maliki, hingga Wahabi. Atas nama umat Islam Negeri Jawi, kedua Kiai NU tadi memohon agar kuburan Muhammad  saw, Abu Bakar dan Umar tidak  dibongkar. Berkat lobi Komite Hijaz NU, kuburan tersebut masih ada. “Bayangkan, kuburan Nabi Saw tidak boleh dikasih lampu, kelambu tidak diganti, pekarangannya tidak disapu,” kata Said.
Ketika itu ulama yang  melawan pasti dibunuh, terutama ulama syiah. Ada ulama dari madzhab Syafii,  Syaikh Hasan Yamani lari, lalu tinggal di Surabaya, kemudian nikah punya anak Fauzi Yamani.
“Walhasil, Wahabi adalah gerakan radikal akidah, maunya purifikasi akidah dari kemusyrikan, tapi satu langkah lagi mereka akan jadi teroris. Ceramahnya, yang  ziarah kubur dan adakan maulid itu musyrik. Kalau orang NU dianggap musyrik berarti boleh dibunuh donk.  Saya yakin ada big desain, dimulai tahun 80-an muncul gerakan radikal, seperti yang terjadi di al-Jazair, Somalia, Kenya, Afghanistan.”
Ketika Soviet menyerang Afghan, Ronald Reagen membentuk mujahidin dari negara-negara Islam. Dari Saudi, Usamah bin Laden dan Abdullah Azzam dilatih AS untuk melawan tentara Soviet. “Setelah Soviet angkat kaki, Raja Fahd memanggil mujahidin asal Saudi untuk pulang. Hanya dua orang yang tidak pulang, yaitu Mbah Usamah dan Abdullah azzam. Mereka mendirikan al Qaidah,” kata Said mengejek Usamah.
Menurut Wahabi, ormas, LSM adalah bid’ah. Ketika itulah, ulama Saudi mencabut kewarganegaraa Usamah dan Azzam karena mendirikan al Qaidah. “Benar saja, kalau keduanya pulang bisa jadi penyakit. Tak beda dengan Imam Samudra dan Mukhlas Ali Ghufron, pulang ke Tanah Air jadi penyakit.”
Dikatakan Said Agil, seorang Abdullah Sungkar, semua gereja harus dibom. Tapi Ustadz Abu agak shaleh sedikit, hanya gereja yang illegal saja yang dibom.
Said Agil meyakini, tidak ada satupun warga NU yang terlibat teroris. Di NU, ada  400 ribu madrasah, 800 ribu masjid, 21.600 pesantren . “Kalau ada yang terlibat teroris ya bukan NU. Saya berharap, kaum ibu menjaga anak-anaknya dari paham radikal. Saat ini, anak kita sudah bosan dengan NU, HMI, PMII, Muhammadiyah, mereka ingin yang kelihatan heroik, dan bisa bertemu bidadari di Surga,” imbuh Said kepada wartawan.

Saat memberikan taushiyah, seorang kiai sesepuh NU mendapatkan keluhan dari para santri tentang ”serangan-serangan” kelompok Wahabi terhadap tradisi keagaamaan warga NU. Dengan enteng, kiai tersebut mengatakan, ”Ah Wahabi itu kan Badui.” Katanya, aliran Wahabi itu dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab dari Nejd, keturunan orang Badui.
.
Sejak dulu, bangsa Badui dikenal tidak terlalu pintar. ”Maka kalau diserang orang Badui ya tidak usah membalas. Kalau kita balas berarti kita sama seperti mereka. Dibikin santai saja. kalau orang Badui menafsirkan Al-Qur’an, ya tidak usah ditanggapi serius.” kata kiai.
.
Selanjutnya, ia bercerita tentang cara orang Badui mengecat, sekedar menunjukkan kualitas mereka. ”Di Indonesia, hanya butuh dua orang saja untuk mengecat seluruh rumah. Tapi bagi orang Badui, butuh seratus orang untuk mengecat satu rumah saja.” ”Untuk apa membawa orang sebanyak itu?” tanya para santri. ”Lha iya, satu orang memegang kuas cat. Sementara 99 wahabi lainnya membolak-balik rumah biar merata catnya.” Para santri tertawa. Kiai bercerita lagi, tentang orang Badui mengecat trotoar jalan.
.
”Hari pertama mereka bisa mengecat sepanjang 500 meter. Hari kedua mereka hanya mampu mengecat 50 meter. Dan hari ketiga mereka mengecat lebih pendek lagi, hanya 5 meter.” ”Kenapa bisa begitu?” tanya santri. Kata kiai, sang Badui mengeluh: ”Jangan salahkan saya dong! Semakin ke sini kan pot catnya semakin jauh di sana.” Jadi di hari ketiga Badui cuma bisa mengecat 5 meter saja.
.

Salafy Wahabi Anggap Ulama Beraqidah Asy’ariyyah Sebagai Musuh Abadi

fitnah wahabiDi forum-forum offline maupun online, para penganut Wahabisme itu adalah kaum yang sangat benci dengan muslimin yang mengikuti aqidah Asy’ariyah. Mereka mengatakan Asy’ariyah itu sesat, tahukah anda bahwa imam-imam ulama yang punya nama besar semacam Ibnu Hajar Atsqolani, Imam Nawawi, Imam Baihaqy adalah para penganut Aqidah Asy’ariyah yang notabene adalah kaum Ahlussunnah Wal Jamaah. Pertanyaannya, lalu kenapa Para Wahabiyyun itu sangat benci dengan kaum Asy’ariyyah dan menganggapnya sebagai musuh abadi? Lalu serta merta dengan itu kaum Wahabi membajak nama besar Ahlussunnah Wal Jamaah sebaga label baru Wahabi/Salafi?
Salafi menganggap Para Ulama yang Mengikuti Imam Abul Hasan Al-Asy’ari dalam Masalah Aqidah Adalah Musuh Abadi.
Bahkan seorang tokoh salafi bernama Zainal Abidin, menukil sejumlah pendapat ulama termasuk Ibn Hazm (walaupun nukilan seperti ini harus diteliti lebih lanjut, sayang kitab-kitab yang disebutkan belum kami miliki -pent) yang berisi kritik, celaan dan ‘vonis’ kafir kepada para Ulama Pengikut Imam Abul Hasan Asy-Asy’ari dalam masalah aqidah atau lebih dikenal dengan Asy’ariyah (Lihat majalah As-Sunnah hal. 38 edisi khususVIII1425 H2004 M).
Padahal hampir seluruh ulama yg namanya dtulis dengan “tinta emas”dalam sejarah Islam dan menjadi pelita umat sepanjang umur umat Islam dengan ilmu yang mereka miliki adalah mengikuti Imam Abul Hasan Al-Asy’ari dalam masalah aqidah.
Hal ini bisa kita lihat nama-nama besar seperti: Imam Abu Hasan Al-Bahilii,Imam Abu ishaq Al-Isfarainii, Al-Hafidz Abu Nu’aim AL-Asbahani, Qadhi Abdul Wahab Al-Maliki. Imam Abu Muhammad Al-Juwaini, dan outranya Abu Ma’alii Imam haramain AL-Juwaini, Abu Manshur At-Tamimi Al-Baghdadi, Al- Hafidz Al-Isma’ili, Al-Hafidz Al-Baihaqi, AL-Hafidz Al-Daruqutni, Al-Hafidz AL-Khatib AL-Baghdadi, Imam Abul Qosim AL-Qusyairi,dan putranya Abu Nashr,Imam Abu Ishaq Asy- Syairazi, Nasr Al-Maqdisi, Al-Farawi, Imam Abul Wafa’ ibn Uqil Al-Hambali,  Qadhi Qudhat Ad-Damaghani Al-Hanafi, Abul Walid Al-baji Al-Malik, Imam Ass-Sayid Ahmad Ar-Rifa’I,Al-Hafidz Abul Qasim Ibn Asakir, Ibn Sam’ani, Al- hafidz As-Salafi, Qadhi Iyadh, Imam An-Nawawi, Imam Fakhrudin Ar-Razi, Imam Iz Ibn Abdis Salam, Abu Umar, Imam Ibn Hajib Al-Maliki, Al-Hafidz Ibn Daqiqil ied, Imam llaudin Al-Baji, Qadhi Qudhat As- Subki, Al-Hafidz Alaai, AL-Hafidz Zainudin AL-Iraqi,dan putranya Al-Hafidz Waliyudin, Khatimatul Hufadz Ibn Hajar Al-Asqolani, Khatimatul LughawiyinAl-hafidz murtadha Az-Zubaidi Al-Hanafi, Imam Zakariya AL-Anshori, Imam Bahaudin Ar-Ruwas, Mufti makah Ahmad Zaini Dahlan, Musnadul Hindi Waliyullah Ad-Dahlawi, Mufti Mesir Imam Muhammad Ulaisyi Al-Maliki, SyaikhAl-Jami’ Al-Azhar Abdullah Az-Zarqawi, Imam Abdul Fatih Fathullah mufti Beirut,Imam Abdul basist Al-fakhuri Mufti Beirut, Imam Mustafa Naja Mufti Beirut, Imam Abu Muhammad Al-Malaibari Al-Hindi, Qadhi Abu bakar Al-baqilani, AL-Hafidz IbnFaruk, Imam Al-Ghozali, Imam Abul fatah Asy-Syahrantani, Imam Abu Bakar Asy-Syasyi Al-Qofal,Abu Ali Ad-Diqaqi An-Naisaburi, Al-Hakim An- Naisaburi Sohibul Mustadrak, Imam Ibn Alan As-Shadiqi Asy-Syafi’I, Imam Abu Abdullah Muhammad As-Sanusi dll. Semua pemilik nama-nama besar di atas adalah para pengikutImam Abul Hasan Al-Asy’ari dalam aqidahnya, yang para ulama menyebut aqidah Asy’ariyah dengan Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Kalau menurut kalian Wahabiyyun bahwa Al-Hafidz Ibnul Jauzi, Imam Ibn Hibban, Al-Hafidz Ibn Rajab Al-Hambali, Al-Hafidz Al-Isma’ili, Al-Hafidz Al-Baihaqi, Al-Hafidz Al- Daruqutni, Al-Hafidz Al-Khatib Al-Baghdadi, Al-Hafidz As-Salafi, Qadhi Iyadh, Imam An-Nawawi,Al-Hafidz Alaai, Al Hafidz Zainudin Al-Iraqi, dan putranya Al-Hafidz Waliyudin, Khatimatul Hufadz Ibn Hajar Al-Asqolani dll, bukan termasul ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah, maka siapakah yang kalian maksud dengan Ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah itu?
Mungkin kalian akan mengatakan bahwa Albani, Utsaimin, Ibn Baz, Al-Jazairi, Al-Fauzan,Rabi Ibn Hadi dll dari kalangan ulama Neo Salafi adalah Ahli Hadis dan merekalah yg paling layak untuk menyandang gelar pewaris satu-satunya ahlus sunnah wal jama’ah !
Kami ingin bertanya apakah ada di antara ulama kalian seperti Albani, Utsaimin, Ibn Baz, Al-Jazairi, Al-fauzan, Rabi Ibn Hadi dll  yang punya karya yang lebih baik dari kitab Fathul Bari-nya Ibn Hajar, atau kitab sunan-nya Imam Al-Hafidz Al-Baihaqi, Al-Hafidz Al-Daruqutni, atau karya-karya lain dari para Hufadz Hadis yang sebenarnya (bukan seperti yang sering diaku-aku oleh Salafi) seperti  Al-Hafidz Al-Khatib Al-Baghdadi, Al-Hafidz As-Salafi, Qadhi Iyadh, Imam An-Nawawi dengan Syarh Shohih Muslim-nya, Al-Hafidz Alaai, Al-Hafidz Zainudin Al-Iraqi dll !?
Tidak, sekali-kali tidak, karya-karya kalian dipenuhi dengan nukilan dari para Ulama ini !!! Entah bagaimana kualitas buku atau kitab yang ditulis oleh ulama- ulama kalian, jika tidak mengutip dari ucapan dan pendapat mereka dari kitab-kitab dan karya tulis mereka (yaitu para hufadz Ahli hadis ini) yang tidak terhitung nilainya itu?! Tapi bagaimana bisa kalian mengambil pendapat mereka dan mengklaim mereka berada di pihakmu, sementara itu kalian tidak memasukkan mereka dalam daftar Ulama Ahus Sunnah, bahkan kalian mencap mereka sesat dan menyimpang aqidahnya  lalu menyamakan mereka dengan firqoh-firqoh sesat lainnya seperti mu’tazilah, jabariyah dll !?
Lalu yang lebih mengherankan lagi kalian masih berani mengklaim mengikuti manhaj para Ahli Hadis, sedangkan pada saat yang bersamaan kalian memvonis aqidah mereka adalah salah dan sesat’ (menurut anggapan kalian), bahkan kalian mengingatkan umat dari penyimpangan aqidah yg terdapat dalam kitab-kitab mereka ! Adakah orang yang akan percaya dengan ucapan sekelompok orang yang mengaku-aku mengikuti manhaj para imam ahli hadis dan ahlus sunnah tapi aqidahnya sesat atau kalian berkata : Manhaj kami diatas manhaj Para Ahli Hadis seperti Al-Hafidz Ibn Hajar, Imam Al-Hafidz Al-Baihaqi, Al-Hafidz Al-Daruqutni, Al-Hafidz Al-Khatib Al-Baghdadi, Al-Hafidz As-Salafi, Qadhi Iyadh, Imam An-Nawawi, Al-Hafidz ‘Alaai, Al-Hafidz Zainudin Al-Iraqi , tapi aqidah kami berbeda -kami memegangi aqidah yang shohih sedang mereka (para ahli hadis tsb) aqidahnya menyimpang dan sesat !?
Ajib Kulu Ajib hadzal qaul min rajol Al-Ghulat Al-Mudzabdzib As-Salafi (sungguh sangat mengherankan ucapan yang aneh yang berasal dari Al- Ghulat Al-Mudzabdzib As-Salafi ini) !!!
Seandainya para Ulama seperti Al-Hafidz Ibn Hajar, Imam Al-Hafidz Al-Baihaqi, Al-Hafidz Al-Daruqutni, Al-Hafidz Al-Khatib Al-Baghdadi, Al-Hafidz As-Salafi, Qadhi Iyadh, Imam An-Nawawi, Al-Hafidz Alaai, Al-Hafidz Zainudin Al-Iraqi dll masih hidup, pastilah mereka akan melarang kalian untuk menggunakan karya mereka untuk menjadi bahan bagi tulisan dan kitab kalian. Kenapa, karena jelas kalian telah menganggap mereka sesat  bahkan kafir !? Lalu mana ada seorang Ulama yang bersedia karyanya dinukil oleh orang atau kelompok yang telah mencemarkan nama baiknya dengan vonis sesat dan kafir !? Tapi yang aneh bahwa pendapat-pendapat para ahli hadis yang beraqidahkan asy’ariah  ini seperti : Al-Hafidz Ibn Hajar, Imam Al-Hafidz Al- Baihaqi, Al-Hafidz Al-Daruqutni, Al-Hafidz Al-Khatib Al-Baghdadi, Al-Hafidz As-Salafi, Qadhi Iyadh, Imam An-Nawawi, Al-Hafidz Alaai, Al-Hafidz Zainudin Al-Iraqi dll khususnya dalam masalah aqidah, senatiasa kalian nukil didalam berbagai kitab dan makalah yang kalian buat !?
Kalau mau konsisten dengan pendapat kalian bahwa mereka telah menyimpang dan memasukkan sesuatu yang sesat dalam aqidah Islam, maka jangan lagi gunakan kitab dan karya mereka apalagi menukil pendapat mereka dalam masalah aqidah untuk mendukung pendapat kalian dalam masalah aqidah pula. Sungguh aneh !? Tapi ternyata hal itu tidak terjadi bahkan dalam majalah edisi khusus  yang mereka tulis dalam masalah hadis, pertama kali mereka menunjukkan apa yang mereka anggap sesat dan menyimpang dari aqidah kaum asy’ariyah lalu diberilah vonis sesat bahkan kafir. Tapi yang aneh setelah itu pendapat-pendapat dari para Ulama Hadis Asy’ariyah seperti Al-Hafidz Ibn Hajar, Imam Nawawi, Al-Khatib Al-Baghdadi, Al-Iraqi, Ibn Shalah dll menjadi rujukan utama unutk memberi justifikasi dalam masalah aqidah versi mereka, bukankan ini sebuah keanehan yang menggelikan ?!
Lalu kalian berkata lagi: Ulama kan bukan hanya mereka! Tapi ingat bukankan Salafi telah mengadopsi pendapat sebagian Ulama’ yang menyatakan bahwa Ahlus sunnah wal jama’ah adalah
Ulama ahli hadis seperti perkataan Imam Ahmad yang mengatakan Kalau bukan ahli hadis, aku tidak tahu lagi siapa mereka ? dll! Biasanya kalian akan berkelit dengan mengatakan : Ulama Ahli Hadis-kan tidak terbatas pada mereka !!? Lalu apakah Al- Hafidz Al-Isma’ili, Al-Hafidz Al-Baihaqi, Al-Hafidz Al-Daruqutni, Al-Hafidz Al-Khatib Al-Baghdadi, Al-Hafidz As-Salafi, Qadhi Iyadh, Imam An-Nawawi, Al-Hafidz Alaai, Al-Hafidz Zainudin Al-Iraqi, dan putranya Al-Hafidz Waliyudin, Khatimatul Hufadz Ibn Hajar Al-Asqolani dll, bukan termasuk ahli hadis !?
Lalu siapa Ahli hadis yang kalian maksud ?! Lalu manhaj ahli hadis mana yang kalian ikuti !!? Kalau ternyata sebagian besar Para Hufadz Ahli Hadis berada dalam posisi yang berlawanan dengan posisi kalian !? Hendaknya ini menjadi bahan renungan bagi orang-orang mampu berpikir dengan jujur!

 

Golongan Selamat Asy'ariyyahAkhir-akhir ini kaum Wahabi (Penganut Wahabisme) semakin gencar mempromosikan akidah Wahabi kepada Ummat Islam. Khususnya di Indonesia, mereka tidak tanggung-tanggung dan tanpa malu-malu lagi dalam berpromosi akidah Wahabi, sampai-sampai mereka terang-terangan menganggap sesat Akidah Asy’ariyyah. Padahal akidah Asy’ariyyah (juga Maturidiyyah) adalah akidah yang jelas-jelas merupakan representasi akidah Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Ada satu golongan Ummat Islam yang jumlahnya kecil secara global/internasional, tapi walaupun kecil mereka memiliki suara keras seakan mereka berjumlah besar. Padahal jumlah mereka tidak sampai 10% dari keseluruhan jumlah Ummat Islam. Kaum Minoritas yang dakwahnya menjadi sebab tersebarnya Fitnah di tengah Muslimin ini kita kenal dengan sebutan: “Kaum Wahabi”. Dan Kaum Wahabi akhir-akhir ini menyebut diri meraka sendiri sebagai Salafi. Mereka sedang gigih-gigihnya berjuang dalam rangka menambah jumlah pengikutnya, dengan dukungan dana besar-besaran dari Bos mereka yaitu Arab Saudi. Para Pemuda kaum muslimin dididik secara gratis di negeri Nejd (Arab Saudi) asal-muasal munculnya Wahabi. Kemudian para lulusannya ditugaskan untuk menyebarkan Faham Wahabi di negeri asalnya, tak terkecuali Indonesia.
Nah, untuk muhasabah diri maka anda perlu bertanya kepada diri-sendiri: “Apakah Mungkin Kami Sekeluarga dan Teman-teman Sudah Jadi Korban Cuci Otak Ala Wahabi?” Pertanyaan seperti ini penting agar kita tidak menyesal di akhir hayat nanti di saat-saat kita tidak ada lagi kesempatan melakukan taubat. Kepada anda semua, untuk sekedar memberi jalan bagaimana introspeksi diri bisa dilakukan
Oleh karena itu agar tidak menjadi korban penipuan akidah, sekali-kali jangan terkecoh oleh promosi Wahabi yang mengatakan akidah Asy’ariyyah sesat. Langkah-langkah apa yang harus kita lakukan agar tidak tertipu oleh Promosi Wahabi yang penuh Tipu Daya? Salah satu caranya adalah dengan berkoalisi dengan syi’ah

Wahabi Bohong Besar atas Pengakuannya Sebagai Pengikut Salafuna Shalih

Wahabi bohong besarWahabi punya slogan top yaitu: “Kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah menurut pemahaman Sahabat”. Dengan Slogan inilah Wahabi dengan sombong mengklaim bahwa hanya Wahabi satu-satunya pengikut faham Salaf. Mereka sering berteriak, kebenaran hanya satu yaitu Salafi/Wahabi. Pengakuan Wahabi sebagai pengikut Salaf  serta merta membuat mereka merasa  berhak memakai nama “Salafi”. 
.
Ternyata klaim ini adalah bohong besar. Terlalu banyak fakta yang membantah telak atas klaim Wahabi sebagai pengikut Salaf. Oleh karena itulah di mana-mana di dunia ini Wahabi digugat sebagai penipu dan dikatakan sebagai pengikut palsu Salafuna Shalih.
Akibat yang timbul dari jargon kembali ke Al Qur'an dan Sunnah
Akibat yang ditimbukannya bukan kebaikan akan tetapi hanya fitnah-fitnah di tengah Ummat Islam.

Sebagaimana akhir-akhir ini di dunia internet seperti Facebook atau blog-blog pribadi terutama blog milik pengikut sekte Salafy Wahabi dan variant-nya sudah semakin banyak yang latahmenyerukandengan sombongnya agar kembali ke Al Quran dan Al Sunnah. Bahkan mereka mengklaim sekte merka sebagai satu-satunya pengikut Al Qur’an dan Sunnah sedangkan yang bukan golongannya dianggap sebagai penyembah akal, ahlul hawa dan ahlul bid’ah. Oke, no problem, terserah mereka apa yang ingin dikatakannya.
Kembali ke tema awal, adakah yang salah dengan seruan mereka kembali ke Al Qur’an dan Al Sunnah ini? Sepintas memang sepertinya anda melihat tidak ada yang salah tetapi bahkan yang tampak bagi anda dari seruan ini adalah kebenaran belaka. Namun sebelum anda bisa melihat kekeliruan dari seruan yang asal-asalan ini mari kita pertanyakan kepada mereka hal-hal berikut:

1) Yang menyerukan itu orangnya sudah hafal Al Quran 30 juz atau belum, dan sudahkah mereka menguasai Ulumul Qur’an dan ilmu-ilmu tafsir Al Qur’an?
2) Bagi mereka itu perlu ditanyakan sudah berapa ribu hadits yang dihafalnya dan sudahkah ilmu-ilmu Mustholah hadits dikuasainya?
3) Dalam sehari semalam mereka mamapu berapa juz yang dibaca dari Al Quran?

4) Masih ada banyak pertanyaan perlu diajukan tetapi tiga saja dulu bagaimana mereka mampu menjawab dengan jujur?
Pertanyaan diatas adalah konsekwensi logis dari arogansi dakwah Wahabi yang ingin memunculkan citra bahwa Ummat Islam sudah keluar dari bingkai al Qur’an dan Al sunnah dan wahabi mencitrakan dirinya  sebagai satu-satunya pengikut Al Qur’an dan al Sunnah. Okelah tak mengapa, no problem. Akan tetapi, kalau mereka berani mengajak kembali ke Al Qur’an dan Al Sunnah, maka mereka harus mengetahui dari mana memulainya dan kemana tujuannya. Kalau tidak tahu apa-apa, lantas bagaimana bisa diikuti?
Apalagi jika yang menyerukan itu tergolong orang-orang awam yang masih pemula dan baru belajar baca Al qur’an berani-beraninya berseru demikian yang sering diikuti sikap arogans.
Tidakkah mereka sadar apabila mengajak-ajak kembali kepada Al Qur’an dan Al Sunnah, sekurang-kurangnya mereka harus ahli tentang Ulumul Qur’an dan Ulumul Sunnah. Atau paling tidak mestinya  mereka hafal 30 Juz Al Qur’an dan beberapa ribu hadits-hadits shahih, hadits hasan dan hadits-hadit dhoif atau bahkan yang maudhu’ atau palsu.
Rasanya tidak salah kalau kaum wahabi or Salafi mulai berani kritis terhadapa dirinya sendiri.
Bagaimana  mau mengajak-ajak kembali ke Al Qur’an dan al sunnah kalau ternyata bukan ahlinya? Kebanyakan mereka yang petantang-petenteng di facebook atau di blog-blog mereka, memberi i’rab pada susunan kalimat bahasa Arab saja nggak bisa, balaghah nggak mudeng, usul tafsir Al qur’an dan asbabul wurud hadits juga nggak faham, apalagi yang baru belajar tajwid makharijul huruf dan tahsin qiraat belum bener, bagaimana mereka berseru mengajak-ajak kembali ke al Qur’an dan al Sunnah?
Kalau orang yang mengajak-ajak itu tidak kapable secara nyata seperti yang disebutkan di atas maka sangat pantas jika dikatakan mereka adalah orang-orang pendusta. Jadi dengan demikian tidakkah seharusnya kaum Wahabi kritis terhadap diri mereka sendiri agar Allah Swt menurunkan hidayah-NYA

Doktrin Wahabi Menyebabkan Kontradiksi Kronis Dalam Memahami Ajaran Islam

Kontradiksi Wahabi SalafyDiantara sekian banyak doktrin-doktrin Wahabisme yang  terkadang sekaligus jadi semacam yel-yel, jargon atau slogan  adalah:
“Kebenaran hanya satu yaitu Salafi (Wahabi)”,
“Kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits”,
“Muwahidun, Penegak Tauhid”,  dll.
Ada doktrin paling populer yang dipahami secara salah yaitu doktrin/slogan “Kembali kepada Al-Qur’an dan  Sunnah Rasulullah Saw. menurut pemahaman para Sahabat Nabi Saw,”  sehingga apa saja yang mereka anggap  tidak ada perintah atau anjurannya di dalam Al-Qur’an, Sunnah, atau atsar Sahabat Nabi Saw., langsung mereka anggap sebagai bid’ah (perkara baru yang diada-adakan) yang diharamkan dan dikategorikan sebagai kesesatan, betapapun bagusnya bentuk suatu kegiatan keagamaan tersebut, dengan dasar hadis Nabi Saw:  “… kullu bid’atin dhalalah, wa kullu dhalalatin fin-naar” (setiap bid’ah adalah kesesatan, dan setiap kesesatan akan dimasukkan ke dalam Neraka).
Di sisi lain, doktrin Wahabi ternyata bisa menimbulkan kontradiksi pemahaman yang kronis  terhada suatu permasalahan agama. Lihatlah sebagai contohnya, dalam situs resmi salah seorang pendakwah ajaran sesat Wahabi, bernama Abdurrahman Damasyqiyyah, berkata:  “Saya katakan bahwa boleh untuk kaum perempuan untuk ziarah kubur dengan dasar hadits ini……”   Sementara pemuka Wahabi lainnya, Syaikh  Ibnu Utsaimin, dalam bukunya berjudul Fatawa Muhimmah, h. 149-150, cet. Riyad, berkata:  “Haram ziarah kubur bagi kaum perempuan, itu termasuk dari dosa besar, sekalipun yang diziarahi makam nabi (Muhammad)”.  Kalau di antara sesama Wahabi  saja  saling bertentangan, maka tak heran jika mereka  juga bertentangan dengan selain pengikut Wahabisme.
Itu hanya salah satu bukti bahwa dasar ajaran Wahabi menyebabkan sikap “SEENAK PERUTNYA SENDIRI” dalam prakteknya. Yang  satu mengatakan boleh ziarah kubur, yang lainnya mengatakan haram. Kontradiksi yang kronis ini bisa diibaratkan bagaikan surga dan neraka, yaitu kontradiksi yang  seharusnya tidak bisa dimaklumi begitu saja.   Nah, untuk melihat bagaimana doktrin Wahabi itu menyebabkan kontradiksi pemahaman ajaran Islam
Kaum Salafi & Wahabi tidak menggunakan metodologi ulama ushul (ulama yang ahli mengenai pembahasan dasar-dasar ajaran agama) di dalam membahas dalil-dalil tentang bid’ah, maka mereka terjebak di dalam pembahasan dan fatwa yang tidak seragam. Apalagi mereka hanya merujuk pendapat ulama salaf tanpa melalui mata-rantai penjelasannya dari para ulama setelah mereka, maka keseragaman paham itu menjadi hal yang kemungkinannya sangat kecil.
Oleh karena itu, antara mereka saja banyak terjadi kontradiksi dan perbedaan pendapat. Hal ini terjadi karena masing-masing mereka selalu berupaya merujuk langsung suatu permasalahan kepada al-Qur’an, hadis, dan pendapat ulama salaf. Tentunya, kapasitas keilmuan dan kemampuan yang berbeda dalam memahami dalil, akan memunculkan perbedaan pandangan dalam menyimpulkan dalil tersebut.
Asal tahu saja, proses seperti inilah yang banyak memunculkan aliran-aliran sesat dan nabi-nabi palsu di Indonesia, di mana setiap pelopornya merasa berhak mengkaji dalil secara langsung dan memahaminya menurut kemampuannya sendiri masing-masing.
masalahnya bukan pada al-Qur’an atau hadistnya, melainkan pada pemahamannya. Dengan begitu seharusnya mereka juga bertanya, mana yang lebih bagus dan lebih selamat; menyampaikan ayat al-Qur’an dan hadist dengan pemahaman sendiri, atau menyampaikan pemahaman para ulama tentang ayat al-Qur’an atau hadist?
Terbukti, ternyata kaum Salafi & Wahabi banyak keliru menempatkan dalil karena mereka memahami dalil tersebut secara dzahir dan harfiyah (tekstual). Maka itu, bahwa fatwa-fatwa kaum Salafi & Wahabi sebagaimana kita tahu, selalu terkesan aneh, kontradiktif sehingga sangat berbahaya bagi persatuan dan kebersamaan umat Islam dalam kehidupan bermasyarakat.
Lihat saja mereka, teman-teman kita yang masih sekolah setingkat SLTA sampai Mahasiswa dan kebanyakan tidak mengenyam pendidikan pesantren, begitu bergelora keadaan semangatnya dalam berdakwah namun secara tidak disadari telah menggunakan konsep pemikiran diatas. Dan bila paham ini dipegang secara aktif (dipromosikan dan didakwahkan), maka akan terbuka peluang-peluang terjadinya bahaya seperti terpecahnya muslim secara internal. Jika sudah seperti itu keadaannya, siapa yang beruntung dan bersorak gembira ? ..iblis dan yahudi, so pasti !!!

PROSESI ‘ CUCI OTAK ’ ALA WAHABI – WARNING !!!

MEKANISME ‘BRAINWASH’ WAHABI
Siapa yang akan direkrut ?
Ada beberapa macam karakteristik dalam figur seorang muslim yang menjadi target implementasi ‘silabus’ yang akan diterapkan wahabi. Beberapa macam karakteristik ini bisa saja sekaligus ada dalam satu figure seorang muslim, meskipun tidak semuanya seperti itu, sebab jika kita berbicara mengenai karakter atau sifat manusia, tentu saja berbeda-beda satu sama lainnya. Figur dengan karakreristik-karakteristik ini akan  mudah dibina dan dirubah dalam ‘sekejap’ mulai dari perilaku, prinsip, gaya hidup dan idealisme hingga menjadi sosok muslim yang ‘kaffah’ menurut mereka serta banyak manfaat yang dapat diambil darinya.
.
Macam-macam karakteristik itu antara lain adalah : seorang muslim yang awwam dalam masalah agama (jelas sosok muslim seperti ini akan mudah sekali menerima ilmu darimanapun datangnya tanpa mencermati adanya manipulasi informasi dari pihak tertentu). Ia seorang yang masih muda dengan ghirah atau semangat dalam pencarian jatidiri, semangat dalam minat untuk membaca, belajar agama, semangat juang mereka yang tinggi terhadap membela agama namun dibekali ilmu yang sedikit, bahkan lebih spesifik lagi ia tidak memiliki basic atau pengalaman belajar melalui pesantren.
.
Ada pula seseorang yang memiliki temperamental tinggi dan seseorang yang memiliki latar belakang finansial yang kuat sampai pada seorang jenius sekalipun namun ia memiliki orientasi yang tinggi terhadap harta. Inilah beberapa macam karakteristik seseorang yang akan sangat mudah dijerat dan menjadi target implementasi misi dan visi mereka nantinya.
.
Figure seseorang dengan beberapa macam karakteristik diatas ini, biasanya sangat mudah untuk diajak ‘berjalan’ bersama mereka dalam meniti ‘jalan Islam’ untuk masuk menuju sebuah pintu aqidah yang mereka sebut ‘al-muwahhidun’, aqidah tauhid yang murni karena telah mengikuti ‘pemahaman salafush shalih’ dan memegang teguh pada ‘qur’an dan sunnah’ menurut sudut pandang mereka pula tentunya. Dengan mudah sekali ia akan menerima ilmu dan informasi yang tanpa disadari ternyata sebenarnya hanya bentuk intimidasi dan doktrinisasi, yang selanjutnya akan menyeret keterlibatannya terhadap ‘penyebaran paham dan perilaku ekstrim’ golongan ini.
.
Lalu apa maksud dari ‘penyebaran paham dan perilaku akstrim’ yang disebut di atas ?
Berbicara mengenai ‘penyebaran paham’ tentu kita telah mengerti maksudnya. Bahwa wahabi memiliki paham tajsim dan tasybih
.
Sedangkan maksud dari ‘perilaku ekstrim’ itu ialah fundamentalisme agama yang dicirikan sebagai sikap memaksakan (bahkan dengan kekerasan) agama dan kepercayaannya kepada seluruh umat manusia. Kitab suci Al-Qur’an dijadikan motor penggerak karena ditafsir atau lebih tepatnya diterapkan secara harfiah (tekstual) tanpa mempertimbangkan arti ‘hermeneustis’-nya berupa aktualisasi pesan untuk masa kini. Maka manifestasi dari kejumudan itu – karena meninggalkan konteksual kitab suci ini (literer sambil menolak metafoar/majâz), akhirnya – Islam dinilai memiliki kekerasan struktural seperti terorisme, radikalisme dan fanatisme ditangan mereka.
.
.
Apa saja metode yang diterapkan ?
Kembali pada maksud dari judul catatan ini mengenai mekanisme ‘brainwash’ atau prosesi cuci otak ala wahabi kepada para pengikutnya.
.
Maksud pengikut disini adalah mereka yang kebanyakan memiliki karakreristik yang telah disebutkan diatas. Pada awalnya ia akan diajak kesebuah pengajian agar memahami Islam secara ‘kaffah’. Pada proses awal ini memang berbeda-beda cara mereka mendapatkan pemahaman agama yang keliru. Ada yang karena sengaja dipinjami buku-buku paham wahabi dan ada pula yang memang tidak secara disengaja menemukannya melalui media internet sampai begitu ‘tega’ menyerahkan bimbingan aqidahnya melalui sebuah website. Lalu mereka dibimbing belajar tentang cara baca Al-Qur’an dan tatacara shalat yang benar. Namun biasanya itu tidak berlangsung lama (..mungkin dirasakan tindakan ini akan memakan waktu terlalu lama dalam membuahkan hasil; minimal target menjadikannya ‘simpatisan’ bisa ga’ kelar nantinya..).
.
Perjalanan ‘pencarian ilmu’ akan disingkat untuk melangkah pada kajian qur’an melalui kitab maupun buku-buku tafsir mereka (wahabi) dan dilanjutkan pada kajian takhrij hadits yang kesemuanya itu – baik qur’an maupun hadits, akan membahas mengenai aqidah (tauhid versi golongan mereka yang sesungguhnya) dan pengamalan ibadah ‘sebagaimana yang dicontohkan Nabi’; padahal menurut mereka yang wahabi karena diajari oleh buku albani.
.
Pengajaran dalam aqidah adalah mengenal aqidah ‘trinitas’ rububiyyah-uluhiyyah-asma was shifat, yang dilanjutkan pada pembahasan ayat mutasyabihat.Kemudian dalam kajian hadits membahas status kekuatan hukum beberapa hadits dan membandingkannya dengan hadits-hadits yang dianggap ‘keliru’, yang selama ini digunakan atau diamalkan oleh orangtua mereka (peserta pengajian yang masih awwam itu-pen) secara turun temurun hingga lahirlah asumsi; “..oh, berarti selama ini aku beribadah dengan menyalahi tuntunan Islam dan Rasul.., selama ini aku dan orang tuaku adalah pelaku bid’ah dan penyembah kuburan.. ..selama ini aku bermaulid ternyata hanya mengikuti cara kaum kuffar..”. (..alangkah bodohnya jika kalian berpikir sempit seperti ini, wahai pengikut wahabi yang tertipu..).
.
Gerakan wahabi ini dimotori oleh para juru dakwah terlatih dalam ‘metode’ dakwahnya yang memukau dengan mengeluarkan dalil-dalil hujjah, namun sebenarnya akan terdengar ‘lucu’ bagi yang telah memahaminya.Konsep paling mendasar dalam dakwah mereka ialah; ..kebanyakan ujung-ujungnya membuat keragu-raguan tentang amal ibadah dan lalu menebarkan kebencian dan permusuhan
.
Mereka gemar menuduh golongan Islam yang tak sejalan dengan dengan tuduhan kafir, syirik dan ahli bid’ah tanpa kajian lebih lanjut dan objektiv, tiada yang lain dianggap benar selain dari pemahaman sepihak saja dari golongan mereka. Itulah ucapan yang selalu didengungkan di setiap kesempatan pengajian, daurah dan semacamnya didepan para pengikutnya. Walaupun dalam jargon-jargon mereka mengatakan ‘pengikut salafush shaleh’, mereka sebenarnya tidak menjadikan seluruh ajaran ulama salaf atau pendapat-pendapat ulama salaf sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan beragama, tetapi yang mereka lakukan sebenarnya adalah memilih-milih (mensortir/menyeleksi) pendapat para ulama salaf yang sejalan dengan mereka.
.
Mereka tidak pernah mengakui jasa para ulama Islam manapun kecuali dari kelompok mereka sendiri. Mereka tidak akan pernah tahu dan memberi tahu, siapa itu ‘wali songo’, siapa itu ulama-ulama ahlussunnah dari generasi salaf sampai khalaf, sampai ulama-ulama yang mengikuti ahlussunnah waljama’ah di negeri ini; Indonesia – dimana sekarang mereka berada. Di negeri kita ini, mereka menafikan keberadaan para Kya’i (ulama) di sekitarnya, mereka terlihat sekali seperti menaruh dendam dan kebencian mendalam kepada para Habaib,dan terhadap Wali Songo yang menyebarkan dan meng-Islam-kan penduduk negeri ini bahkan diantaranya termasuk keluarga mereka sendiri ! Menyedihkan, sekaligus teramat prihatin kepada para pengikut wahabi ini
.
Dalam prosesi ‘cuci otak’ itu, para peserta pengajian akan terbawa arus untuk mengikuti teks mutasyabihat dengan pemahaman yang formalistis dan tekstual, mengikuti hawa nafsu, menghujat generasi salaf, tidak mengetahui posisi sunnah sampai mereka patuh pada ‘ritual’ pembid’ahan, penyesatan, pengkafiran hingga berkurangnya rasa ukhuwwah sesama muslim karena telah menjadi individu-individu yang eksklusive karena merasa benar sendiri.
.
Baik secara langsung maupun tidak, maka tertanamlah dihati para peserta pengajian itu ‘perintah-perintah suci nan terpuji’ untuk tidak berkasih sayang, tidak berteman, tidak semajelis dan shalat di belakang golongan sesat dan ahlul bidah, dan jangan ungkapkan kebaikannya dan selalu ungkapkan keburukan golongan sesat dan bidah’, inilah propaganda golongan wahabi yang menipu kaum awwam saudara-saudara kita
.
Kalimat-kalimat propaganda wahabi dalam memecah belah umat muslim ini bisa kita temukan di tulisan Abu Abdillah Jamal binFarihan Al-Haritsi:Menepis Penyimpangan Manhaj Dakwah”, dan literatur kitab-kitab wahabi lainnya.
.
Selanjutnya, mereka biasanya membagi-bagikan selebaran dan buku-buku.., bisa gratis, dan ada juga yang harus dibeli. Bisa ‘ngeteng’, bisa juga beli secara paket. Tidak berselang lama, mereka sudah biasa dipanggil ‘ustadz’. Saat melenggangkan kaki dengan gelar ‘al-Ustadz’-nya itu, mereka lupa akan pentingnya sanad ilmu. Mereka lupa bahwa paulus telah mengklaim ini dan itu. Namun, apakah klaimnya itu keluar dari lisan yang bersambung kepada lisan Nabi Isa? Tidak ada ilmu yang benar tanpa sanad yang bersambung kepada para pembawa berita dari Allah SWT.
.
Manifestasi atau hasil produksi ‘Brainwashed’
Apa hasil yang didapat dari prosesi ‘brainwashed’ (cuci otak) dari wahabi ini ? Saya tidak akan menghitungnya dengan angka, namun akan menyebutnya secara acak agar tidak diasumsi bahwa ini adalah sebuah urutan atau tingkatan dari kronisnya sebuah penyakit yang akut dari para pengikut wahabi.
.
Menganggap umat Islam di luar kelompoknya dianggap fasik dan kafir sebelum melakukan hijrah; bergabung dengan mereka. Mereka enggan dan menolak mendengarkan ceramah keagamaan di luar kelompoknya. Meskipun pengetahuan mereka tentang Alquran masih dangkal, namun mereka merasa memiliki keyakinan agama paling benar, sehingga meremehkan, bahkan membenci ustaz dan ulama di luar kelompoknya. Dan yang paling populer; mereka menjadi biang kerok perpecahan umat
.
Selalu meributkan khilafiyyah dan furu serta berkoar-koar meneriakkan tabdi’ dan takfir.Tidaklah mengherankan disana-sini kita melihat dan mendengar teriakan-teriakan hingga terjadinya huru-hara dan bentrokan phisik; ‘BID’AH ! SESAT ! KAFIR ! dan BOOM !!!
.
Lahirnya produk-produk zionis dalam Islam ?
Dibagian ini, saya serahkan pada pemikiran masing-masing pembaca. Entah kebetulan ada persamaan dalam misi menjauhkan ummat Islam dengan Baginda Nabi dan ajaran yang dibawa beliau – atau memang dibalik kampanye pengikut Wahabi, terselubung agenda Yahudi yang ingin menghancurkan agama Islam melalui tangan-tangan pemeluknya sendiri.
.
Pesan kami kepada para simpatisan, pengikut, bahkan da’i salafi/wahabi; mohon luangkan waktu sebentar, renungkan barang sejenak. Bahwa hati yang paling Allah kasihi ialah hati yang paling lembut terhadap saudaranya, paling bersih dalam keyakinannya dan paling baik dalam agamanya. InsyaAllah, jika hati tak sekeras batu, dada akan terasa lapang, pikiran pun tidak beku dan buntu. Semoga kita semua mendapat hidayah serta inayah dari Allah Subhanahu Wata’ala.

Tidak ada komentar: