Buku “40 Masalah Syiah” karya isteri Kang Jalal telah membuat para gembong wahabi dari MIUMI yakni Wakil Sekjen MIUMI, Fahmi Salim, MA, juga Henri Shalahuddin MIRKH (Ketua Majelis Riset dan Pengembangan MIUMI) dan web web wahabi mencari alasan palsu untuk menyalah kan syi’ah karena kehabisan argumen.. MIUMI dikalahkan IJABi !!

- Syi’ah Versi Yang Sekarang Tidak Sesat ! Surat Terbuka Untuk MUI, Wahabi Setan Nejed pro AS dan MIUMI pro zionis
- Mengapa MAZHAB SYi’AH iMAMiYAH iTSNA ‘ASYARiYAH USHULIYAH VERSi YANG SEKARANG Di NYATAKAN TiDAK SESAT OLEH Ketua umum PBNU KH. Said Aqil Siroj dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof.Dr. Dien Syamsuddin ??
PUSAT Penelitian dan Pengembangan Lektur dan Khazanah
Keagamaan, Badan Litbang Kementerian Agama RI pada 17 Desember
membedah buku “40 Masalah Syiah”, yang ditulis oleh Emilia Renita Az.
Acara tersebut akan menggelar di Hotel Millineum Tanah Abang Jakarta.
Sebagai pembicara Jalaluddin Rakhmat, editor buku “40 Masalah Syiah”,
dan pembanding, Fahmi Salim, MA dari MIUMI Pusat.
Buku tersebut diterbitkan oleh IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait
Indonesia), ormas resmi Syiah Indonesia. Emilia adalah istri Jalaluddin
Rakhmat, ketua Dewan Syura IJABI. Ia juga menjabat sebagai ketua OASE,
ormas berpaham Syiah.
Istri Kang Jalal, Emilia Renita AZ: “Biarlah perbedaan ini menjadi kekayaan khazanah Islam”

“Biarlah perbedaan ini menjadi kekayaan khazanah Islam,” kata Emilia Renita AZ
Omongan orang wahabi dari MIUMI seperti Wakil Sekjen MIUMI, Fahmi Salim MA , juga Henri Shalahuddin MIRKH (Ketua Majelis Riset dan Pengembangan MIUMI) nggak usah anda gubris. Mereka bukan NU dan bukan Muhammadiyah, cuma wahabi !
Ruang Melati, Hotel Milenium, Tanah Abang, Jakarta Pusat terasa
dingin. Pasalnya, ruangan besar berkapasitas seratusan orang itu hanya
diisi sekitar tiga puluhan orang saja. Diskusi seputar Syiahlah yang
akhirnya mampu menghangatkan ruangan itu, dari pagi hingga siang, Senin
17 Desember 2012.
Selama setengah hari, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian
Agama (Balitbang Kemenag) menggelar diskusi atas studi kasus-kasus
lektur dan khazanah keagamaan. Buku berjudul “40 Masalah Syiah” karya
Emilia Renita Az, menjadi buku pertama yang dikaji.
Balitbang menghadirkan editor buku yang juga Ketua Dewan Syuro Ikatan
Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI), Jalaluddin Rahmat sebagai
pembedah. Sedangkan dari kalangan Sunni yang hadir anggota Komisi
Pengkajian dan Penelitian MUI Pusat, Ustad Fahmi Salim, MA., sebagai
pembanding.
Kang Jalal, panggilan akrab Jalaluddin Rahmat, sebelum memulai
paparannya, mengungkapkan bahwa istrinya, Emilia Renita Az, sang penulis
buku, tidak bisa hadir karena masih berada di Karbala.
Kang Jalal, selain sebagai editor buku, mengaku melakukan berbagai
tugas dalam penyusunan buku ini. “Saya masuk ke dalam buku ini sebagai
penyunting, penggunting, pembanding dan pembanting,” katanya.
Sementara istrinya, dalam kata pengantarnya malah menuliskan, “(sebetulnya, saya malu kalau saya claimed,buku
ini hasil saya sendiri padahal suami saya kerja lebih keras dari
saya!!…)”. Artinya, buku ini memang tidak murni karya Emilia, ada tangan
Kang Jalal di sana.
Kang Jalal tidak menjelaskan seluruh isi buku itu. Menurutnya,
perbedaan antara Sunni dan Syi’i banyak yang tidak esensial. Soal nikah
mut’ah kata Kang Jalal, tidak esensial. Maka, Kang Jalal hanya membahas
satu persoalan saja yang merupakan perbedaan esensi (mendasar) antara
Sunni dan Syi’i, yakni tentang wasiyat Rasulullah kepada Ahlul Bayt.
Intinya, kata Kang Jalal, Syi’ah meyakini Rasulullah berwasiyat
kepada Ahlul Bayt dalam soal kepemimpinan, sementara Ahlussunnah tidak
meyakini. Dari konsep inilah kemudian konsep-konsep lainnya menjadi
berbeda. Itu saja yang dijelaskan Kang Jalal.
Sementara, anggota Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI Pusat, Fahmi Salim, melakukan pembahasan yang cukup komprehensif.
“Buku ini tipis, tapi banyak sekali mengutip buku-buku yang ditulis
ulama-ulama Ahlusunnah. Harapan saya Ibu Emilia ini bisa hadir sekedar
untuk memverifikasi apakah beliau betul-betul sudah melihat
catatan-catatan kaki yang ditulis dalam kitab-kitab Ahlusunnah,” kata
Master dalam bidang Tafsir Al-Quran dari Universitas Al Azhar, Kairo
ini.
Pada halaman 90, penulis buku (Emilia) menyatakan bahwa Syiah melaknat orang-orang yang dilaknat Fatimah.
di halaman 54. Ketika membahas tentang hadits 12 khalifah, Emilia
mengkritik Imam Ibn Hajar Al Asqalani dengan kalimatnya, “Dalam
kebingungannya, Ibn Hajar al-Asqalani menulis, “Aku tidak menemukan
seorang pun yang mengetahui secara pasti arti hadits ini”. Emilia lantas
menulis, “Aneh juga kalau ahli hadits sebesar Ibn Hajar tidak memahami
arti hadits ini, padahal nama-nama dua belas imam diriwayatkan banyak
sekali dalam khazanah Ahlussunah.”
Emilia menuduh kalangan Sunni menganggap sahabat Nabi terbebas dari kesalahan (ma’shum), lantas pada halaman 76 Emilia menulis bahwa “ ‘adalah semua sahabat bertentangan dengan al-Quran.”
Pada halaman 83, ia menuduh istri dan sahabat Nabi, Aisyah, Thalhah,
Zubayr dan sahabat-sahabat “yang satu aliran dengan mereka” memerangi
Imam Ali.
“Saya ingin menanggapi secara ilmiah tanpa bicara (dengan kata-kata)
manipulasi, kedustaan, fitnah, dan lainnya,” kata Kang Jalal.
Kang Jalal menganggap semua “serangan” yang datang dari Fahmi Salim dan peserta diskusi sebagai “violence communication”.
Beberapa hari kemudian Emilia mengatakan akan menulis buku lagi untuk membantah bantahan Fahmi Salim dalam bedah buku yang penuh intimidasi terhadap suaminya
“Saya di sini misalnya, tidak akan menghujat Pak Fahmi atau
orang-orang yang berkata kasar kepada suami saya yang mewakili saya
selama saya ga ada, tapi saya akan jawab semua tuduhan itu dengan buku
lagi.”
Padahal, dalam buku 40 Masalah Syi’ah yang dibedah itu, Emilia mengaku, “Sebetulnya, saya malu kalau saya claimed, buku ini hasil saya sendiri padahal suami saya kerja lebih keras dari saya!”
Jalaluddin Rakhmat yang menulis kata pengantar sebagai editor dalam
buku tersebut mengatakan, “Secara khusus, sebagai Ketua Dewan Syuro
Ikatan Jama’ah Ahlulbait Indonesia, kami memberikan buku ini kepada
seluruh anggota IJABI sebagai pedoman dakwah mereka.”
Abu Bakar, Umar, dan Usman adalah sahabat yang dihormati syi’ah.
Perbedaan yang paling mendasar adalah tentang khilafah. Mereka (Syiah)
mengakui bahwa yang berhak menjadi khalifah setelah Nabi Muhammad saw
adalah Ali, bukan Abu Bakar, Umar, dan Usman.

Omongan orang wahabi dari MIUMI seperti Wakil Sekjen MIUMI, Fahmi Salim MA , juga Henri Shalahuddin MIRKH (Ketua Majelis Riset dan Pengembangan MIUMI) nggak usah anda gubris. Mereka bukan NU dan bukan Muhammadiyah, cuma wahabi !
Ahad (9/9/2012) si Fahmi ngalor ngidul bilang “Syiah wajib
diwaspadai, karena Syiah ajarannya sesat” . Dalam kesempatan itu Fahmi
juga menyampaikan dukungannya terhadap MUI Jawa Timur yang telah
mengeluarkan fatwa sesat Syiah. ” kata Wakil Sekjen MIUMI, Ustadz Fahmi
Salim, dalam bedah buku “Khawarij dan Syiah dalam Timbangan Ahlu Sunnah
Wal Jama’ah”, di Masjid Al-A’raf, Kwitang, Jakarta Pusat tanggal
9/9/2012
Mari bersatu umat islam !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar