Pencarian Isi Blogg Ini

Sabtu, 02 Februari 2013

buku “40 Masalah Syiah”, yang ditulis oleh Emilia Renita Az cermin toleransi Badan Litbang Kementerian Agama RI dengan IJABI

cover buku 40_8342756823
Buku “40 Masalah  Syiah” karya isteri Kang Jalal telah membuat para gembong wahabi dari MIUMI yakni Wakil Sekjen MIUMI, Fahmi Salim, MA, juga Henri Shalahuddin  MIRKH  (Ketua Majelis Riset dan Pengembangan MIUMI) dan web web wahabi mencari alasan palsu untuk menyalah kan syi’ah karena kehabisan argumen.. MIUMI dikalahkan IJABi !!



buku “40 Masalah Syiah”, yang ditulis oleh Emilia Renita Az cermin toleransi Kantor Kementerian Agama dengan syi’ah.
.
Bagaimana pun acara bedah buku Syiah yang dilakukan oleh Balitbang Kemenag ini secara tidak langsung merupakan bentuk pengakuan terhadap ajaran Syiah.
.
Ada  agenda tersembunyi atau mungkin semacam kompromi akhir tahun antara Balitbang Kemenag dan Syiah di balik acara itu.
.
Mengapa perbedaan harus dibesar-besarkan? Perbedaan kita (Sunni) dan Syiah hanya soal Imamah, dan itu tidak menjadikan syiah sesat
PUSAT Penelitian dan Pengembangan Lektur dan Khazanah Keagamaan, Badan Litbang Kementerian Agama RI pada 17 Desember   membedah buku “40 Masalah Syiah”, yang ditulis oleh Emilia Renita Az. Acara tersebut akan menggelar di Hotel Millineum Tanah Abang Jakarta. Sebagai pembicara Jalaluddin Rakhmat, editor buku “40 Masalah Syiah”, dan pembanding, Fahmi Salim, MA dari MIUMI Pusat.
Buku tersebut diterbitkan oleh IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia), ormas resmi Syiah Indonesia. Emilia adalah istri Jalaluddin Rakhmat, ketua Dewan Syura IJABI. Ia juga menjabat sebagai ketua OASE, ormas berpaham Syiah.

Istri Kang Jalal, Emilia Renita AZ: “Biarlah perbedaan ini menjadi kekayaan khazanah Islam”

19 December 2012
Istri Kang Jalal, Emilia Renita AZ: Sunni dan Syiah Tidak Mungkin Bersatu
Emilia Renita AZ (paling kanan)
 “Biarlah perbedaan ini menjadi kekayaan khazanah Islam,” kata Emilia Renita AZ
jalal-fahmi-millenium_83642734732
Omongan orang wahabi dari MIUMI seperti Wakil Sekjen MIUMI, Fahmi Salim MA , juga Henri Shalahuddin  MIRKH   (Ketua Majelis Riset dan Pengembangan MIUMI) nggak usah anda gubris. Mereka bukan NU dan bukan Muhammadiyah, cuma wahabi !
Fahmi Salim-wasekjen MIUMI-jpeg.image
Ruang Melati, Hotel Milenium, Tanah Abang, Jakarta Pusat terasa dingin. Pasalnya, ruangan besar berkapasitas seratusan orang itu hanya diisi sekitar tiga puluhan orang saja. Diskusi seputar Syiahlah yang akhirnya mampu menghangatkan ruangan itu, dari pagi hingga siang, Senin 17 Desember 2012.
Selama setengah hari, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Agama (Balitbang Kemenag) menggelar diskusi atas studi kasus-kasus lektur dan khazanah keagamaan. Buku berjudul “40 Masalah Syiah” karya Emilia Renita Az, menjadi buku pertama yang dikaji.
Balitbang menghadirkan editor buku yang juga Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI), Jalaluddin Rahmat sebagai pembedah. Sedangkan dari kalangan Sunni yang hadir anggota Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI Pusat, Ustad Fahmi Salim, MA., sebagai pembanding.
Kang Jalal, panggilan akrab Jalaluddin Rahmat, sebelum memulai paparannya, mengungkapkan bahwa istrinya, Emilia Renita Az, sang penulis buku, tidak bisa hadir karena masih berada di Karbala.
Kang Jalal, selain sebagai editor buku, mengaku melakukan berbagai tugas dalam penyusunan buku ini. “Saya masuk ke dalam buku ini sebagai penyunting, penggunting, pembanding dan pembanting,” katanya.
Sementara istrinya, dalam kata pengantarnya malah menuliskan, “(sebetulnya, saya malu kalau saya claimed,buku ini hasil saya sendiri padahal suami saya kerja lebih keras dari saya!!…)”. Artinya, buku ini memang tidak murni karya Emilia, ada tangan Kang Jalal di sana.
Kang Jalal tidak menjelaskan seluruh isi buku itu. Menurutnya, perbedaan antara Sunni dan Syi’i banyak yang tidak esensial. Soal nikah mut’ah kata Kang Jalal, tidak esensial. Maka, Kang Jalal hanya membahas satu persoalan saja yang merupakan perbedaan esensi (mendasar) antara Sunni dan Syi’i, yakni tentang wasiyat Rasulullah kepada Ahlul Bayt.
Intinya, kata Kang Jalal, Syi’ah meyakini Rasulullah berwasiyat kepada Ahlul Bayt dalam soal kepemimpinan, sementara Ahlussunnah tidak meyakini. Dari konsep inilah kemudian konsep-konsep lainnya menjadi berbeda. Itu saja yang dijelaskan Kang Jalal.
Sementara, anggota Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI Pusat, Fahmi Salim, melakukan pembahasan yang cukup komprehensif.
“Buku ini tipis, tapi banyak sekali mengutip buku-buku yang ditulis ulama-ulama Ahlusunnah. Harapan saya Ibu Emilia ini bisa hadir sekedar untuk memverifikasi apakah beliau betul-betul sudah melihat catatan-catatan kaki yang ditulis dalam kitab-kitab Ahlusunnah,” kata Master dalam bidang Tafsir Al-Quran dari Universitas Al Azhar, Kairo ini.
Pada halaman 90, penulis buku (Emilia) menyatakan bahwa Syiah melaknat orang-orang yang dilaknat Fatimah.
di halaman 54. Ketika membahas tentang hadits 12 khalifah, Emilia mengkritik Imam Ibn Hajar Al Asqalani dengan kalimatnya, “Dalam kebingungannya, Ibn Hajar al-Asqalani menulis, “Aku tidak menemukan seorang pun yang mengetahui secara pasti arti hadits ini”. Emilia lantas menulis, “Aneh juga kalau ahli hadits sebesar Ibn Hajar tidak memahami arti hadits ini, padahal nama-nama dua belas imam diriwayatkan banyak sekali dalam khazanah Ahlussunah.”
Emilia menuduh kalangan Sunni menganggap sahabat Nabi terbebas dari kesalahan (ma’shum), lantas pada halaman 76 Emilia menulis bahwa “ ‘adalah semua sahabat bertentangan dengan al-Quran.”

Pada halaman 83, ia menuduh istri dan sahabat Nabi, Aisyah, Thalhah, Zubayr dan sahabat-sahabat “yang satu aliran dengan mereka” memerangi Imam Ali.
“Saya ingin menanggapi secara ilmiah tanpa bicara (dengan kata-kata) manipulasi, kedustaan, fitnah, dan lainnya,” kata Kang Jalal.
Kang Jalal menganggap semua “serangan” yang datang dari Fahmi Salim dan peserta diskusi sebagai “violence communication”.
Beberapa hari kemudian Emilia mengatakan akan menulis buku lagi untuk membantah bantahan  Fahmi Salim dalam bedah buku yang penuh intimidasi terhadap suaminya
“Saya di sini misalnya, tidak akan menghujat Pak Fahmi atau orang-orang yang berkata kasar kepada suami saya yang mewakili saya selama saya ga ada, tapi saya akan jawab semua tuduhan itu dengan buku lagi.”
Padahal, dalam buku 40 Masalah Syi’ah yang dibedah itu, Emilia mengaku, “Sebetulnya, saya malu kalau saya claimed, buku ini hasil saya sendiri padahal suami saya kerja lebih keras dari saya!”
Jalaluddin Rakhmat yang menulis kata pengantar sebagai editor dalam buku tersebut mengatakan, “Secara khusus, sebagai Ketua Dewan Syuro Ikatan Jama’ah Ahlulbait Indonesia, kami memberikan buku ini kepada seluruh anggota IJABI sebagai pedoman dakwah mereka.”
Abu Bakar, Umar, dan Usman adalah sahabat yang dihormati syi’ah. Perbedaan yang paling mendasar adalah tentang khilafah. Mereka (Syiah) mengakui bahwa yang berhak menjadi khalifah setelah Nabi Muhammad saw adalah Ali, bukan Abu Bakar, Umar, dan Usman.
Omongan orang wahabi dari MIUMI seperti Wakil Sekjen MIUMI, Fahmi Salim MA , juga Henri Shalahuddin  MIRKH   (Ketua Majelis Riset dan Pengembangan MIUMI) nggak usah anda gubris. Mereka bukan NU dan bukan Muhammadiyah, cuma wahabi !
Ahad (9/9/2012)  si Fahmi ngalor ngidul bilang “Syiah wajib diwaspadai, karena Syiah ajarannya sesat” . Dalam kesempatan itu Fahmi juga menyampaikan dukungannya terhadap MUI Jawa Timur yang telah mengeluarkan fatwa sesat Syiah. ” kata Wakil Sekjen MIUMI, Ustadz Fahmi Salim, dalam bedah buku “Khawarij dan Syiah dalam Timbangan Ahlu Sunnah Wal Jama’ah”, di Masjid Al-A’raf, Kwitang, Jakarta Pusat tanggal 9/9/2012
Mari bersatu umat islam !

Tidak ada komentar: