Pencarian Isi Blogg Ini

Jumat, 11 Januari 2013

NU Melawan Wahabi (AS / israel tunggangi Gerakan Wahabi)


wahabi adalah perpanjangan tangan dari AS / zionis yang berupaya memanfaatkan indonesia agar loyal kepada kafir asing
Setelah memasukkan ratusan ribu tentara kafir najis AS ketanah suci Mekkah pada masa Perang Teluk I menghancurkan muslimin Irak maka kini gerakan Neo wahabi mengulah lagi
Setelah membantu Saddam Hussein membantai warga Iran dalam perang Irak Iran yang membuat 1 juta orang tewas maka kini wahabi mengulah lagi

NU Melawan Wahabi


Kondisi Indonesia dewasa ini begitu labil, bangsa yang terkenal dengan peramah sekarang lebih kental dengan pemarah, mudah di adu domba dan diintervensi asing. Bangsa asing begitu bebas mengintervensi internal bangsa, mulai politik, keuangan hingga agama. Pejabat dan para pemangku penting urusan bangsa lebih peduli diri sendiri dan kelompoknya atau partainya dari pada urusan bangsa. Banyaknya kasus korupsi adalah bentuk nyata ketidakpedulian itu.
Memang masalah bangsa ini begitu semerawut, mulai bangsa asing yang diberi kesempatan luas menguasai Sumber Daya Alam, kebijakan-kebijakan strategis bangsa yang lebih banyak memihak para pemodal (bangsa asing tentunya pemodal paling besar), hutang negara yang kian menumpuk, hingga moral anak bangsa dan pejabat yang kian parah.
Meski susah dibenahi bukan berarti tidak bisa sama sekali. Bangsa yang besar ini mesti harus tetap optimis menatap masa depan yang lebih membanggakan. Bangsa yang optimis pasti bertahan dan menang melawan krisis!
Bangsa Indonesia masih memiliki pewaris-pewaris bangsa yang cerdas, orang-orang gigih yang masih mencintai negaranya, para pahlawan bayangan yang bekerja tanpa pamrih juga ormas-ormas yang masih konsisten manjaga negaranya dari kehancuran. Dari merekalah bumi pertiwi ini berharap, para pahlawan sekarang dan masa depan!
Di antara elemen bangsa yang konsisten berjuang dari sekian banyak itu adalah Nahdhotul Ulama (NU). Tentunya NU secara umum tanpa melihat oknum yang justru mencoreng nama besar NU itu sendiri.
Menyimak beberapa ceramah dan kiprah beberapa tokoh NU di beberapa tempat, konsistennya mereka menjaga harga diri dan keutuhan NKRI ini terlihat jelas. Ulama-ulama NU melihat, diantara masalah utama yang sedang diahadapi bangsa ini adalah ancaman ideologi Wahabi. Bahaya dan ancaman golongan Wahabi Takfiri ini sudah terjadi di negara-negara mayoritas muslim. Dimana teror, perpecahan dan saling mengkafirman menjadi ciri utamanya.
Saat harlah ke-86 NU yang digelar oleh PCNU Kabupaten Tegal, Ahad (4/3), Khatib Syuriyah Pengurus Wilayah Jawa Tengah KH Ubaidillah Shodaqoh, menyampaikan tausiyah dihadapan ribuan pengunjung tentang peranan NU bagi Indonesia dan ancaman bangsa ini kedepan.
Beliau mengatakan, Jika Nahdlatul Ulama bubar maka Indonesia juga akan bubar, ini adalah bukti sejarah sejak NU didirikan, siapa yang pertama kali menerima asas tunggal negara ini, siapa dibalik pertempuran 10 November di Surabaya, siapa yang pertama kali mengeluarkan Resolusi Jihad untuk melawan Belanda dan masih banyak lagi bukti yang lain kontibusi NU kepada bangsa. Tidak ada sejarahnya NU melakukan pemberontakan terhadap negara ini.
“Insya Allah jika NU baik maka negara ini baldatul toyibatun warobbun ghofur, apa sih yang kurang dengan NU. Kebudayaan juga ada, bagaimana Islam itu bisa disebarkan lewat budaya, tidak sedikit-sedikit haram,“ tuturnya.
Beliau pun menyinggung peranan Walisongo dan kebudayaan yang mereka wariskan. Menurutnya dakwah sekarang harus mengembangkan ajaran-ajaran Walisongo, Islam yang diajarkan oleh Walisongo begitu damai dan indah. Perpaduan antara adat, budaya dan tatanan norma, dengan ajaran Islam begitu dipahami betul oleh para Walisongo, sehingga Islam di Jawa ini dapat besar dan menjadi penduduk mayoritas.
Islam Times pernah memuat riview buku, berjudul “Walisongo Rekonstruksi Sejarah yang Disingkirkan”, Agus Sunyoto.  Sebagai jawaban dari buku Ensiklopedi Islam terbitan Van Hoeve yang menghilangkan sejarang Wali Songo dan menggantikannya dengan tokoh-tokoh ulama Wahabi.
Kiai Ubaidillah juga mengingatkan, supaya menjaga kerukunan jangan sampai bercerai berai, kalau kita bercerai berai maka tidak akan ada kemajuan, hanya soal pilkada atau pil-pil yang laianya saja kita saling bermusuhan, orang NU tidak boleh seperti itu, kalau sudah memilih bupati atau gubernur juga harus mendapingi agar selalu memberikan yang terbaik dan memegang amanah, karena jabatan hanya sebentar.
Menurutnya, semakin indonesia ruwet dan hancur maka semakin banyak orang yang senang.
“Saya juga bingung katanya tidak suka dengan Amerika tetapi malah yang di bom Masjid dan kantor polisi. Ini apa? Kalau tidak disebut bohong apalagi. Untuk itu Ansor dan Banser harus siap dengan segala kemampuanya, suatu saat negara membutuhkan,“ harapnya.
Dalam kesempatan yang sama Rois Syuriah PCNU Kabupaten Tegal, dalam khutbah iftitahnya yang diwakili oleh Wakil Rais Syuriyah KH Ainur Rofiq mengharapkan, supaya warga NU tetap komitment membangun bangsa dan negara dengan nilai-nilai yang luhur, serta membangun gerasi muda yang tangguh agar tidak terjebak pada lingkaran yang akan menyesatkan.
“Teroris adalah bentuk jebakan terhadap kesesatan, NU dibangun dengan landasan yang kuat . dalam menjalankan amalan tetap berpegang tegus pada sumber hukum Islam yang empat yaitu, Qur’an, Hadist, Ijma dan Qiyas, jadi NU tidak mungkin menjadi teroris,” tuturnya .
Sementara itu Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Tegal H Akhmad Wasy’ari juga menegaskan, musuh NU adalah kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, terorisme dan yang gampang mengkafirkan golongan lain (Wahabi Takfiri).
“Ini adalah musuh kita bersama yang harus dilawan di manapun berada. Musuh kita itu bukan orang yang berbeda organisasi,” tegasnya.
Perang terhadap pemikiran Wahabi juga gencar dilakukan oleh PCNU Pamekasan, dengan menerbitkan buletin Aswaja yang di sebar ke masyarakat, dan samapai sekarang sudah sampai edisi ke tujuh. Karena umumnya di Jawa Timur dan khususnya di Madura, pemikiran Wahabi mulai merusak warga NU dan menyusupi organisasi-organisasi NU. Bahkan ada tokoh ulama NU tapi pemikirannya Wahabi.
Mengutip NU online, di Pamekasan pemikiran wahabi bukan hanya menyusupi masjid-masjid bahkan sudah masuk ke sekolah. Oleh karenanya, buletin Aswaja didistribusikan ke sekolah-sekolah dengan membangun kerja sama erat dengan kepala sekolah.
Wakil Ketua Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU), KH Syamsul Ma’arif di hadapan ribuan jamaah yang memadati Masjid Al-Munawwaroh Ciganjur Jakarta, (3/2). Juga mengatakan hal yang sama, menurutnya warga Nahdliyin harus bersatu padu untuk menangkal semakin merebaknya faham wahabi yang meresahkan masyarakat. Warga Nahdliyin tidak boleh egois dan saling bersengketa dengan sesama pengamal Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja).
“Apa pun kepentingan yang masuk melalui Warga Nahdliyin, jangan sampai kita saling bertengkar karenanya. Orang lain di luar NU akan bertepuk tangan gembira bila sesama warga NU saling bermusuhan hanya karena urusan Pilkada misalnya,” tutur Syamsul.
“Jangan sampai warga nahdliyin bertikai dengan sesamanya. Apalagi malah mengasingkan diri dari masyarakat. Warga Nahdliyin harus menyatu dengan , masyarakat dan menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat manapun,” tandasnya.
Ketua PBNU, Said Aqil Syiroj dalam beberapa kesempatan juga menegaskan supaya warga NU memeperkuat diri dari ancaman pemikiran Wahabi dan harus memeranginya. Menurutnya jika ideologi yang mudah mengkafirkan orang lain tumbuh di Indonesia, maka akan mengancam kebhinekaan dan persatuan yang sudah menjadi ciri bangsa Indonesia.

Wakil PBNU: Bahaya Wahabi Mengancam


Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H As’ad Said Ali meminta kepada segenap pengurus dan warga NU untuk mewaspadai gerakan Wahabi di lingkungan masing-masing.
Dirinya menengarai, saat ini gerakan Wahabi tidak masuk di tengah-tengah masyarakat saja, akan tetapi telah masuk ke jajaran pemerintah, sehingga pemerintah nampaknya tidak berdaya menghadapinya.
Hal tersebut dikatakan wakil ketua umum PBNU saat berdiskusi dengan jajaran Pengurus Cabang NU Kota dan Kabupaten Pekalongan, Ahad sore  (25/3) di Gedung Aswaja Pekalongan.
Lebih lanjut dikatakan, Gerakan Wahabi selain membid’ahkan amaliyah warga nahdliyyin, juga berusaha sekuat tenaga merebut posisi strategis di tengah tengah masyarakat maupun di jajaran eksekutif, legislatif maupun yudikatif.
Oleh karena itu, dirinya meminta kepada warga nahdliyyin melalui pengurus NU di semua tingkatan untuk merapatkan barisan dengan cara memberikan pencerahan secara rutin kepada warga nahdliyyin tentang amaliyah yang diajarkan oleh para ulama NU bukan merupakan perbuatan bid’ah.
Dan yang lebih penting, menurut As’ad, adalah memberikan pengertian secara komprehensif kepada warga NU tentang bahaya gerakan Wahabi baik bagi Nahdlatul Ulama dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sementara itu, dalam sesi dialog salah satu peserta meminta kepada PBNU untuk kembali mempertegas gerakan NU sebagaimana yang tercantum dalam Mukadimah Qonun Asasi yang dibuat oleh Rais Akbar Nahdlatul Ulama, dengan cara ini NU akan bisa selamat dan warga nahdliyyin yang ada di bawah tidak ragu lagi untuk berbuat dan bertindak.
“Selama ini, PBNU belum melakukan aksi apapun, kecuali hanya wacana belaka, sementara di bawah gerarakan wahabi semakin mengkhawatirkan,” ujar Muhibbin.
Hal senada juga disampaikan Wakil Ketua PCNU Kota Pekalongan Drs. H. Ahmad Marzuki. Dikatakan, warga nahdliyyin di Pekalongan dan sekitarnya mulai resah atas sikap dan gerakan Wahabi, akan tetapi sampai saat ini belum ada petunjuk apapun dari PBNU, bagaimana NU di cabang harus bersikap dalam menghadapi gerakan ini.

Dewan Ahlul Bait Sedunia Mengutuk Fatwa Ulama Wahabi

Dewan Ahlul Bait Sedunia mengutuk fatwa terbaru yang dikeluarkan oleh pejabat keagamaan Arab Saudi, yang menyerukan penghancuran semua gereja di Semenanjung Arab. Tujuan wahabi adalah pro AS / israel namun anti gereja
Fatwa terakhir Mufti Agung Sheikh Abdulaziz bin Abdullah dikeluarkan sebagai respon terhadap keputusan parlemen Kuwait pekan lalu, yang melarang pembangunan gereja-gereja baru di negara itu.
“Mengingat negara Teluk Persia kecil dan merupakan bagian dari Semenanjung Arab, maka perlu untuk menghancurkan semua gereja-gereja di wilayah itu,” kata Sheikh Abdulaziz seperti dilaporkan media Arab.
Dewan Ahlul Bait Sedunia dalam sebuah pernyataan pada Selasa (27/3) mengatakan, “Pertama-tama, Mufti Wahabi tidak mewakili Islam. Dunia harus tahu bahwa agama yang sekarang sedang dipublikasikan di Arab Saudi, bukan Islam yang sesungguhnya.”
Pernyataan itu menambahkan bahwa isi fatwa baru tersebut bertentangan dengan perintah Allah Swt serta sunnah Nabi Muhammad Saw dan keturunannya. Oleh karena itu, ditolak tidak hanya oleh komunitas Syiah, tetapi juga oleh Muslim Sunni.
Dewan itu mencatat bahwa sepanjang sejarahnya, Islam telah hidup berdampingan dengan umat Kristen dan Yahudi dan fatwa seperti itu tidak pernah dikeluarkan oleh Rasul Saw, keturunannya, dan khalifah Islam selanjutnya.
“Selain Rasul Saw, keturunannya, dan para sahabat, juga tidak ada ulama yang pernah mengeluarkan fatwa seperti itu selama 1.400 tahun terakhir,” tambahnya.
“Karena itu, Mufti Agung Wahabi telah mengeluarkan fatwa di luar kerangka yurisprudensi Islam dan belum pernah dikeluarkan oleh pusat-pusat ilmiah besar umat Islam,” tegas pernyataan itu.
Menurut Dewan Ahlul Bait Sedunia, fatwa tersebut juga merupakan intervensi terang-terangan dalam urusan internal negara-negara Muslim lainnya, karena Mufti Saudi mengeluarkan fatwa tidak hanya terbatas untuk wilayah Saudi, tapi sudah termasuk Semenanjung Arab secara keseluruhan.
Dewan Ahlul Bait Sedunia juga mengecam sikap bungkam para cendekiawan Muslim dalam menanggapi fatwa yang merusak citra Islam itu.
“Bukankah ulama dari berbagai mazhab di Mesir, Irak, Tunisia, Suriah, Lebanon, Yaman, Jazirah Arab dan belahan dunia lain, seharusnya mereaksi fatwa yang memberikan gambaran tidak benar mengenai Islam di dunia?” tanyanya.
Di akhir pernyataannya, Dewan Ahlul Bait Sedunia mengkritik organisasi internasional hak asasi manusia serta pemerintah Barat dan Kristen atas dukungan mereka terhadap radikalisme kelompok Wahabi.

Tidak ada komentar: