Pencarian Isi Blogg Ini

Sabtu, 02 Februari 2013

Keislaman Arab Saudi Derlu di Pertanyakan


Ketidakpuasan bangsa ini dengan kemiskinan, pengangguran dan kurangnya pelayanan publik serta ketergantungan pada negara-negara Barat untuk mengendalikan urusan internal negara adalah isu-isu yang menempatkan sistem pemerintahan di ambang kehancuran,"
Dr Hamza al-Hassan
Dr Hamza al-Hassan

Salah seorang tokoh senior Saudi Arabia mengecam keras penguasa Riyadh yang menjadi boneka di tangan negara-negara barat untuk memenuhi tuntutan dan kepentingan mereka, dan mengatakan rezim Riyadh tidak bisa lagi mengelola negara dan tidak sah.

"Ketidakpuasan bangsa ini dengan kemiskinan, pengangguran dan kurangnya pelayanan publik serta ketergantungan pada negara-negara Barat untuk mengendalikan urusan internal negara adalah isu-isu yang menempatkan sistem pemerintahan di ambang kehancuran," kata Dr Hamza al-Hassan kepada Fars News Agency pada hari Rabu, 30/01/13.

Menurutnya, kesenjangan besar dibuat oleh pangeran Saudi dan para pejabat, dan bertambah luas jika raja tewas. Dia juga meminta kepada kelompok sosial Saudi untuk tetap waspada dan menggunakan kesempatan perselisihan saat ini di antara penguasa negara untuk menyadarkan rakyat dan menggulingkan monarki.

Sebelumnya, penasehat dekat Presiden AS memperingatkan Obama akan jatuhnya kekuatan monarki yang berkuasa di Arab Saudi.

Bruce Riedel, seorang penasihat kebijakan luar negeri Presiden AS Barack Obama dan juga direktur untuk Urusan Timur Dekat dan Afrika Utara dalam Dewan Keamanan Nasional AS, baru-baru ini menulis sebuah pesan pada Presiden dan menulis bahwa "Arab Saudi adalah kekuatan monarki absolut terakhir di dunia."

Dikatakannya, gelombang "kebangkitan" yang sedang berlangsung di kerajaan itu masuk dalam kerajaan Arab diktator tersebut.

"Perubahan revolusioner di kerajaan itu akan membahayakan kepentingan Amerika di berbagai bidang," kata Riedel.

Dia juga mencatat bahwa Amerika Serikat harus membuat pilihan serius jika gerakan revolusi terjadi di Arab Saudi yang merupakan sekutu tertua Washington di Timur Tengah.

Sejak Februari 2011, demo telah berlangsung secara rutin di Arab Saudi, terutama di Qatif dan Awamiyah di Provinsi Timur. Awalnya, para demonstran menuntut pembebasan semua tahanan politik, kebebasan berekspresi dan berkumpul serta segera diakhirinya diskriminasi.

Namun, demo berubah menjadi aksi protes terhadap rezim represif Al-Saud, terutama setelah November 2011, ketika pasukan keamanan Saudi menewaskan 5 pengunjuk rasa dan melukai banyak warga di sana.

Tidak ada komentar: