Pencarian Isi Blogg Ini

Doa dan Ketenteraman Jiwa

Kehidupan seluruh manusia senantiasa dibarengi dengan manis dan pahit atau keberhasilan dan kegagalan. Dalam meniti jalan hidupnya, manusia menghadapi berbagai masalah dan tantangan dan berjuang agar terbebas dari semua kegagalan. Selama manusia belum menemukan naungan spiritualitas yang damai dan sembahan yang esa, maka ia akan selalu terjebak dalam berbagai krisis mental, pesimis, dan terombang-ambing.
Doa dan munajat adalah interaksi berkelanjutan dan terus-menerus manusia dengan pencipta alam semesta. Ketenangan jiwa merupakan salah satu dampak positif interaksi ini. Tentu saja dapat dikatakan bahwa ketenangan jiwa dan emosional merupakan kebutuhan seluruh manusia sepanjang hidupnya. Sebab di dunia saat ini khususnya di Barat, mayoritas orang menderita ketidakamanan psikologis, kegelisahan, dan depresi. Jika kita mencermati akar gangguan mental dalam berbagai suku bangsa, maka kita akan temukan bahwa salah satu penyebab utama munculnya gangguan mental adalah ketiadaan agama dan lemahnya landasan-landasan interaksi manusia dengan Tuhan.
Masalah hubungan spiritual manusia dengan Allah Swt telah mengemuka sejak awal penciptaan manusia. Dalam berbagai agama khususnya agama samawi, doa memiliki kedudukan penting. Dalam Injil Lukas disebutkan, "Ketika Nabi Isa as sibuk berdoa di sebuah tempat, dan saat ia selesai dari doanya, salah seorang muridnya berkata kepada Nabi Isa as: "Ajarilah kami cara berdoa sebagaimana Nabi Yahya as telah mengajarkan tata cara berdoa kepada murid-muridnya. Kemudia Isa as berkata kepada murid-muridnya: "Setiap kali kalian berdoa, memohonlah kepada Tuhan dan katakan, "Terpujilah nama-Mu. Kehendak-Mu tetap ada di langit dan juga di hamparan bumi. Berikanlah rezeki kami dari hari ke hari dan ampunilah dosa-dosa kami..."
Salah satu ajaran pendidikan Islam yang paling penting adalah doa dan munajat. Para imam suci dari keluarga Nabi Saw telah meninggalkan banyak doa yang memuat pengetahuan-pengetahuan luhur kepada umat manusia. Sekarang mari kita simak salah satu doa Imam Ali Zainal Abidin As-Sajjad as berikut ini: "Ya Allah Swt, Engkaulah penghibur ketika aku sedih. Engkaulah harapanku ketika aku tidak memiliki sesuatu. Engkaulah tempat aku berlindung ketika musibah menghampiriku. Engkau adalah pengganti apa yang telah hilang dari tanganku. Oleh karena itu, Wahai Tuhanku! Anugerahilah aku nikmat dan karunia-Mu sebelum musibah datang menghampiriku, Berilah aku petuntuk sebelum aku tersesat."
Penelitian terbaru para psikolog memperlihatkan adanya hubungan langsung antara kesehatan jasmani dan rohani dengan keyakinan beragama dan interaksi dengan Allah Swt. Penurunan depresi, peningkatan daya tahan tubuh terhadap berbagai jenis penyakit, dan juga kestabilan tekanan darah adalah termasuk dampak-dampak positif doa dan munajat. Dalam sebuah riset skala luas pada tahun 2001 yang dilakukan oleh Universitas Louisville, AS terhadap perempuan penderita kanker, para ilmuan sampai pada sebuah kesimpulan menarik. Mereka menemukan bahwa perempuan dengan motivasi spiritual yang tinggi memiliki sistem kekebalan tubuh lebih kuat dibanding orang-orang yang mengabaikan spiritualitas.
Alexis Carrel, ahli bedah, pakar biologi, dan sosiolog kondang berkebangsaan Perancis dalam bukunya yang berjudul "Man, the Unknown (1935)" menulis: "Doa dan munajat punya pengaruh unik terhadap anggota badan kita. Kondisi ini pada awalnya tidak begitu menyita perhatian, namun ketika proses itu berlanjut, maka tidak ada kenikmatan yang sebanding dengannya. Manusia pasrah di hadapan Tuhan ketika mereka larut dalam doa. Mereka memohon rahmat dan kasih sayang Tuhan dan permintaan-permintaan lain."
Dalam kondisi sulit dan terhimpit problema kehidupan, doa dan interaksi dengan Allah Swt akan datang membantu manusia. Doa akan membebaskan manusia dari segala kesulitan. Rasul Saw bersabda: "Doa adalah senjatanya orang-orang mukmin." Mengingat senjata dan perisai sebagai alat pertahanan manusia, maka doa dan munajat sebagai senjata ampuh juga akan melindungi manusia dari kesulitan dan beban hidup. Dalam surat Ar-Ra'd ayat 28, Allah Swt berfirman: "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram."
Mengingat Allah Swt bagi manusia pencari kebenaran merupakan hal yang indah dan nikmat. Ketika api cinta menyala dalam kalbu seseorang karena mengingat Sang Cinta, maka keleluasaan dan sukacita akan datang menghampirinya. Pada dasarnya, dengan berdoa dan bermunajat, dimensi spiritual manusia akan mendominasi dimensi materialnya. Ketika itu, rasa takut dan kekhawatiran menjadi pudar dalam diri seseorang.
Saat ini, ilmu psikiatri juga mengakui masalah tersebut dan menyatakan bahwa doa berperan besar dalam menghilangkan kekhawatiran dan memenuhi ketenteraman manusia. Para psikiater modern mulai mendiskusikan tentang fungsi mental manusia yang dalam beberapa sisi, punya kesamaan dengan ajaran dan sabda para Nabi as. Mereka berkesimpulan bahwa doa, ibadah, dan keimanan kepada Tuhan dapat menghilangkan kekhawatiran, frustasi, dan juga emosi dan ketakutan destruktif dari raga dan jiwa manusia.
Dale Carnegie, psikolog Amerika Serikat mengatakan, "Melalui doa dan munajat, manusia merasa tidak asing di dunia ini dan punya teman untuk berbagi ketika mereka gelisah. Manusia yang menemukan teman sejati untuk berbagi secara alamiah terhindar dari depresi dan kekhawatiran."
Setiap hari adalah hari untuk Tuhan dan setiap hari tepat digunakan untuk berdoa dan bermunajat. Dalam hadis qudsi disebutkan, "Allah Swt memiliki tempat di hati orang-orang yang berduka." Tentu saja, kapasitas waktu dan tempat tertentu juga berperan dalam terkabulnya doa seseorang. Doa akan terkabulkan pada waktu-waktu tertentu seperti waktu shalat, pertengahan malam, dan malam Lailatul Qadar, juga pada tempat-tempat tertentu seperti di samping hijr Ismail as dan ka'bah.
Beberapa bulan tahun Hijriah memiliki keutamaan lebih dan tepat digunakan untuk berdoa. Bulan Rajab punya keutamaan tersendiri, sebab bulan ini diprioritaskan untuk menghapus dosa dan memberi ampunan. Rasul Saw sangat menganjurkan kaum muslim untuk berdoa dan bermunajat pada bulan Rajab.
Doa memiliki aturan dan tata cara yang harus dijalankan seperti meninggalkan makanan haram, bersedekah, dan jujur dalam perilaku dan ucapan. Orang yang berdoa juga harus bersabar menanti jawaban dari Sang Pencipta dan terus berdoa tanpa putus asa.
Seseorang datang menemui Imam Jakfar Shadiq as dan berkata kepadanya, "Sudah sejak bertahun-tahun, aku punya sebuah permintaan dan telah banyak berdoa, tapi doaku tidak pernah terkabulkan. Secara perlahan tumbuh rasa ragu dalam hatiku dan apa yang mesti aku lakukan? Imam as menatap wajah orang itu beberapa saat dan kemudian berkata: "Berhati-hatilah agar syaitan tidak menguasaimu dan tidak membuat engkau putus asa dari rahmat Allah Swt. Apakah engkau tidak tahu bahwa Allah terkadang menunda mengabulkan permintaan hamba-Nya sehingga ia memperbanyak doa, sebab Allah menyukai dialog para hamba dengan diri-Nya."
Dalam surat Az Zumar ayat 8, Allah Swt berfirman: "Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa untuk (menghilangkannya) dan dia mengada-adakan sekutu bagi Allah..."